"Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
(Lukas 18 : 14b)
Orang Farisi menilai dirinya tinggi karena telah banyak melakukan hal-hal baik sehingga dalam berdoa pun merasa berhak menerima karunia Tuhan. Tidak seperti pemungut cukai yang menurutya penuh dosa dan hina.
Dillain pihak si pemungut cukai yang menganggap dirinya amat berdosa, berdiri jauh-jauh, takut menatap langit untuk berdoa. Seakan lupa betapa mahapengampun dan maharahimnya Tuhan kepada mereka yang membuka hati terhadap pertobatan mendalam.
Kisah diatas menunjukkan betapa sering kita memakai rujukan subyektif untuk menilai diri sendiri maupun sesama dengan kecenderungan menghakimi termasuk menghakimi diri sendiri sampai-sampai menjauhi Gereja karena merasa penuh noda dosa, kotor dan rendah.
Dalam masa prapaskah ini, marilah kita memakai kesempatan yang ada untuk bersih-bersih hati kita dengan melakukan instropeksi diri melalui berbagai sudut pandang secara obyektif sebagai upaya pendewasaan iman. Rendah hati itu bagus, tetapi jangan rendah diri karena bisa membauri penilaian obyektif terhadap diri kita sendiri.
Apakah karya dan perbuatan baik kita selama ini mendapat pujian banyak orang, bukan pula untuk menutupi dosa dengan mengabaikan tolok ukur yang obyektif.
sumber : Ret-ret Agung Umat 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar