Pada waktu bayi lahir ke dunia, katanya jika sehat, ia pasti menangis dengan keras, makin sehat bayi, makin keraslah tangisannya. Saat bayi menangis, ada orang yang memerhatikan bahwa tangannya selalu mengepal. Sepertinys ia menggenggam sesuatu dengan keras. Bentuk tangan ini berbeda dengan tangan orang yang meninggal dunia. Saat seorang meninggal dunia, tangannya terbuka, tidak menggenggam.
Sering disebutkan bahwa hal ini merupakan pertanda keegoisan manusia. Sejak lahir, manusia sudah berusaha mengambil atau menahan sesuatu dengan kuat dalam genggamannya, sepertinya ia tidak rela berbagi.
Akan tetapi, bukankah demikian adanya? Manusia pada dasarnya adalah egois, tidak mau memberi. Sekalipun ada kebenaran yang mengatakan, "Lebih berbahagia memberi daripada menerima", banyak orang tidak melakukannya.
Rockefeller adalah seorang yang menjalani bagian pertama hidupnya sebagai laki-laki yang tidak bahagia, ia sering sulit tidur. Ia merasa tidak ada orang yang menyayanginya. Ia harus dikelilingi oleh sejumlah pengawal pribadi.
Ketika usianya menginjak 53 tahun, ia didiagnosis menderita sejenis penyakit langka. Ia kehilangan semua rambutnya dan tubuhnya mengecil. Para ahli mengatakan hidupnya tinggal setahun.
Selama itu, Rockefeller mulai berfikir melewati batas-batas yang mengungkung hidupnya dan mencoba menemukan arti hidup. Ia memberikan sebagian besar uangnya kepada gereja dan kaum miskin, serta mendirikan Yayasan Rockefeller. Luar biasa. Hidupnya justru berbalik seratus delapan puluh derajat. Kesehatannya membaik berlawanan dengan perkiraan dokter dan ia bisa hidup hingga berusia 98 tahun.
Riwayat hidup Rockefller mencontohkan transformasi yang terjadi saat seseorang menemukan rasa puas dalam memberi. Artinya, kebiasaan bersedekah telah mendatangkan kenikmatan atau kepuasan batin yang tidak dapat digantikan dengan apa pun.
Mengherankan, tetapi itulah kenyataannya, ada kuasa saat kita memberi. Jadi, jangan memberi hanya karena kita mampu. Teruslah memberi, apapun keadaan Anda dan jangan berhenti memberi. Memberilah dengan sukacita.
sumber : Andreas Nawawi. Momen Inspirasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar