Sabtu, 23 Agustus 2014

Jalan Berliku



Tak mudah ternyata untuk menjadi pelayanNya. Terkadang serasa berat dan hendak menyerah. Di caci maki, direndahkan, dibentak-bentak menjadi santapanku sehari-hari.

Di saat serasa berat dan hendak menyerah, berusaha mencari pekerjaan lain tapi berat untuk meninggalkan rumahNya. Saat mengikuti suatu acara yang diselenggarakan KAJ, disitu dijelaskan uang Gereja = uang umat = uang Allah. Uang yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya karena Tuhan mempercayakannya kepada kita.

Hal itu yang selalu aku pegang dalam menjalankan pelayananku. Walaupun terkadang tak ada dukungan, sepi sendiri serasa tapi aku berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pelayanan terbaikku. Mungkin memang Dia yang memilih aku.

Pernah aku memutuskan untuk mencari pekerjaan lain, karena aku merasa gagal dalam pelayananku. Tak ada lagi dukungan dari orang-orang di sekitar pekerjaanku. Aku lelah dengan tekanan yang ada. Memang aku hanya pelayan yang kecil diantara orang-orang besar, aku tak ingin dipandang, dihormati maupun dihargai namun yang aku butuhkan adalah dukungan orang-orang sekerja dalam pelayanan ini.

Ketika memutuskan untuk keluar, tak ada yang peduli dengan kepergianku. Mereka langsung cari penggantiku tanpa bertanya mengapa. Hanya sedikit orang yang berminat melamar di rumahNya, upah yang mereka minta pun sangat tinggi. Aku pun menemui Pastor Kepala untuk mengundurkan diri, airmata tak tertahankan ketika beliau menanyakan alasanku keluar. Dia memahaminya dan memintaku untuk tidak pergi. Dia paham bebanku. Dua bulan berselang, atasanku pun memanggil aku dan berbicara dari hati ke hati. Beliau pun memberikan waktu aku untuk memutuskan apakah mau tetap tinggal atau tetap di tempat kerja yang baru.

Dalam doa, aku meminta kepadaNya untuk menunjukkan jalan yang terbaik bagiku. Akhirnya aku pun mengambil keputusan untuk kembali ke rumahNya. Walau keluarga dan orang yang ku kasihi kurang setuju namun aku tetap pada pendirianku.

Jalan salib memang penuh liku, aku yakin Tuhan mempunyai tujuan atas semua ini, semua yang terjadi padaku adalah ujian dariNya. Entah sampai kapan aku akan bertahan dan tetap kuat menerjang badai ini, yang aku yakini adalah Tuhan takkan membiarkanku sendiri.

Jumat, 01 Agustus 2014

Dipanggil Menjadi Pelayannya

Menjadi pelayan di rumahNya?Tak pernah aku bermimpi untuk itu. Saat membaca lembaran Nafiri tak sengaja aku membaca ada lowongan. Yah aku sebenarnya sudah lama ingin keluar dari pekerjaanku. Bukan karena gaji kurang besar tapi kebebasanku untuk beribadah serasa dikekang.

Iseng-iseng aku mencoba melamar di Gereja St. Arnoldus Janssen, Bekasi. Kala itu aku tak tahu posisi apa itu. Tapi aku cuma berharap dapat bekerja dan beribadah dengan tenang. Dua bulan tak ada panggilan serasa putus asa dan tak mungkin rasanya aku diterima disana. Sampai pada puncak kejenuhanku pada kantor lamaku, aku memutuskan untuk keluar walaupun saat itu aku belum dapat kerja yang baru padahal aku masih harus membantu biaya kuliah adikku saat itu.

Tapi aku yakin Tuhan tak akan membiarkanku, hingga suatu saat akhirnya aku mendapat panggilan dari Gereja. Agak minder sih karena sainganku kebanyakan D3 dan S1 sedangkan aku hanya D1. Walaupun gaji yang ditawarkan tidaklah seperti di kantorku yang lama, tapi aku yakin Tuhan akan selalu mencukupkan segala kebutuhanku. Dalam hati aku berdoa, kalau aku diterima menjadi pelayanNya akan ku persembahkan seluruh tenaga dan waktuku ini hanya untukNya.

Dua minggu berselang tak ada panggilan, sepertinya aku tidak diterima karena pastinya banyak yang lebih pandai dari aku. Aku mencoba mencari pekerjaan lain, namun sore itu aku menerima telpon bahwa aku diminta kembali untuk datang ke Gereja. Sangat girang hatiku. Sesampainya di sana ternyata akulah yang diterima. Ternyata Tuhan menjawab doaku. Tentang gaji bukanlah menjadi soal, yang terpenting aku bisa melayaniNya lebih dekat lagi.Tanggal 13 November 2010, pertama kalinya aku berkarya di Gereja St. Arnoldus Janssen, Bekasi bersama Sr. Euphrasia, KSFL yang baru datang dari Medan untuk menggantikan Sr. Maria Goretti, KSFL.

Mungkin inilah cara Tuhan untuk memanggil aku, tak pernah ku sangka sebelumnya aku dapat bekerja di ladangNya. Terima kasih Tuhan atas kebaikanMu....

Sabtu, 23 November 2013

Ketulusan Burung Merpati


  1. Merpati adalah burung yang tidak pernah mendua hati. Coba perhatikan, apakah ada merpati yang suka berganti pasangan? Jawabannya adalah TIDAK. PAsangannya cukup satu seumur hidupnya.
  2. Merpati adalah burung yang tahu ke mana dia harus pulang. Betapapun merpati terbang jauh, dia tidak pernah tersesat untuk pulang. Pernahkah ada merpati yang pulang ke rumah lain? Jawabannya adalah TIDAK.
  3. Merpati adalah burung yang romantis. Coba perhatikan ketika sang jantanbertalu-talu memberikan pujian, sementara sang betina tertunduk malu. Pernahkah kita melihat mereka saling mencaci? Jawabannya adalah TIDAK.
  4. Burung merpati tahu bagaimana pentingnya bekerja sama. Coba perhatikan ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga di luar kandang. Dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami. Pernahkah kita melihat mereka saling melempar pekerjaannya? Jawabannya adalah TIDAK.
  5. Merpati adalah burung yang tidak mempunyai empedu, ia tidak menyimpan kepahitan sehingga tidak menyimpan dendam sahabat.
Jika seekor merpati bisa melakukan hal-hal diatas, mengapa manusia tidak bisa? Hidup itu indah jika kita saling mengerti, berbagi dan menghargai. Mari kita selalu bersyukur apapun yang kita peroleh.


Kiriman : Samuel







Minggu, 19 Mei 2013

"Namanya Yesus"

Alkisah Lucifer, biangnya setan sedang melakukan penataran dan training kepada setan muda yang ada didalam neraka. Dalam pelatihan tersebut Lucifer memberikan wejangan kepada setan muda rekrutmen baru.

"Kita harus mampu menggoda anak manusia dengan segala tipu daya agar bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka," ungkap Lucifer dengan berapi-api.

Pidato tersebut membangkitkan semangat dan inspirasi setan muda. Dengan penuh semangat dan dedikasi, ia pergi ke bumi untuk menggoda manusia. Sepulang dari bumi, ia menangis dihadapan Lucifer.

"Kenapa kau menangis seperti itu?" tanya Lucifer.

"Saya telah menggoda seorang anak manusia dengan seorang wanita cantik tapi ia tidak goyah juga imannya," ujar setan muda tersebut.

 "Sudah jangan menangis. Sekarang goda dia dengan harta dunia yang melimpah, biasanya umat manusia akan goyah dan jadi pengikutku," ungkap Lucifer kepada setan muda tersebut.

Mendengar saran tersebut setan muda tersebut menjadi semangatnya berapi-api kembali. Ia pun segera ke bumi untuk menjalankan misinya.

Tapi misinya itu gagal dan setan muda itu sambil menangis menghadap Lucifer dan menceritakan kegagalannya. Lucifer pun menjadi marah dan panas hatinya.

"Hai, setan muda, coba kau tunjukkan kepadaku siapa nama manusia itu. Biar aku yang akan tangani langsung," ujar Lucifer.

Dengan teriak isak setan muda itupun berkata,

"Kata orang-orang sih. Namanya Yesus Kristus."

Lucifer pun menghela nafas, "Pantes nggak mempan."

Godaan didunia ini sangat banyak. Apabila kita tidak bertahan maka dengan mudah terjatuh. Beribu-ribu tawaran dunia datang kepada kita. Pertanyaannya adalah apa yang kita cari dari tawaran itu? Apakah kita mengutamakan tawaran menarik dunia? Atau kita taat kepada Tuhan Yesus sendiri? Sekali kita tidak bisa mengendalikan diri terhadap berbagai tawaran dunia yang menarik, maka kita akan jatuh dan sangat sulit lagi untuk bangun.


sumber : I Made Markus Suma, Pr.,Lic.Th.SS & Andreas Rudiyanto, Lic.Th.SS. Dan Yesus pun Tersenyum. Yogyakarta : Chivita Books. 2013

Rabu, 15 Mei 2013

"Tanda dari Surga"

Sore itu Astuti termenung memandangi sisa-sisa titik hujan yang menetes dari pepohonan didepan ruang kerjanya. Kata-kata Bu Warni yang seminggu lalu dikunjunginya masih terngiang ditelinganya, "Apabila seorang wanita mencintai, cintanya akan utuh dan sebening kaca." Dia ragu apakah ia pernah sungguh mengalami jatuh cinta. Atau barangkali dia memang takut untuk jatuh cinta karena takut apabila cinta yang sebening kaca itu akan jatuh dan pecah berkeping, sulit untuk menjadi utuh kembali.

"Tidak baik sore-sore melamun. Nanti kemasukan roh gentayangan!" tiba-tiba ada suara dibelakangnya. Astuti terkejut dan menoleh.

"Ah, Dokter Stefan, Anda mengejutkan saya. Ada apa, Dok?"

"Tidak apa-apa, saya hanya ingin minta tolong ke kamu untuk menganalisis hasil laboratorium ini. Saya curiga bahwa demam berdarah mulai berjangkit lagi di daerah ini."

Astuti mengambil bekas dari tangan dokter yang sudah separuh baya itu.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Dokter Stefan. Astuti masih sibuk mempelajari hasil laboratorium itu.

"Sepertinya memang positif demam berdarah, Dok," sahutnya.

"Berarti sebentar lagi rumah sakit kita ini akan dibanjiri pasien. Apakah kita punya cukup persediaan darah?" tanya Dokter Stefan dengan nada khawatir. Astuti menggelengkan kepala.

"Saya belum memeriksanya, Dok. Nanti saya cek." Dokter Stefan kemudian bangkit dan meninggalkan ruang kerja Astuti.

"Sampai nanti As," katanya pendek sambil berlalu. Astuti memandangi bayangan lelaki itu hilang di balik pintu. Sudah cukup lama Astuti mengenal Dokter Stefan. Dia seorang dokter yang menghayati profesinya sungguh-sungguh sebagai suatu panggilan suci. Astuti pernah mendengar bahwa Dokter Stefan dulunya pernah masuk seminari untuk menjadi imam, tetapi karena ayahnya tiba-tiba meninggal sementara adik-adiknya masih kecil. Maka itu, ia memutuskan untuk keluar dan berjuang keras sampai bisa menjadi seorang dokter. Satu persatu adiknya disekolahkannya sampai selesai. Mereka semua sudah berkeluarga, hanya Dokter Stefan sendiri yang belum. Sepertinya ia bahkan tidak berfikir sama sekali tentang hal itu. Hidupnya diabdikan sepenuhnya untuk mencari jalan bagaimana bisa membantu meringankan beban orang miskin yang jatuh sakit dan tidak mampu membayar biaya pengobatan yang makin mahal.

Kita sering mendapat kesan bahwa orang-orang Farisi itu adalah orang-orang berhati jahat, padahal mereka adalah orang-orang yang cukup serius mencari kebenaran dalam hidup mereka. Akan tetapi, masalahnya adalah bahwa mereka terlalu percaya pada kemampuan intelektual mereka untuk memahami kebenaran. Mereka tidak cukup rendah hati untuk mengakui bahwa keagungan Allah tidak bisa didalam tempurung kepala mereka yang kecil.

Iman bukanlah suatu harga mati, sekali percaya akan tetap percaya. Tidak demikian! Iman harus diperbaharui dengan keputusan untuk beriman setiap hari. Kalau tidak, selalu ada bahaya bahwa lama kelamaan iman itu sendiri akan luntur atau hanya akan tinggal di kepala, tidak di hati dan tidak pada tindakan nyata.


sumber : B.B Triatmoko, SJ. Dokter Astuti. Yogyakarta : Kanisius. 2009

Sabtu, 04 Mei 2013

"Dahulukan Allah"

Pernah ada seseorang yang tak punya makanan apapun untuk keluarganya. Ia masih punya bedil tua dan tiga butir peluru. Jadi, ia putuskan untuk keluar dan menembak sesuatu untuk makan malam.

Saat menelusuri jalan, ia melihat seekor kelinci dan ia tembak kelinci itu tapi luput. Lalu ia melihat seekor bajing, dia tembak tapi juga luput lagi. Ketika ia jalan lebih jauh lagi, dilihatnya seekor kalkun liar diatas pohon dan ia hanya punya sisa sebutir pelor, tapi terdengar olehnya suatu suara yang berkata begini :

"Berdoalah dulu, bidik keatas dan tinggallah tetap fokus."

Namun, pada saat bersamaan, ia melihat seekor rusa yang lebih menguntungkan. Senapannya ia turunkan dan dibidiknya rusa itu. Tapi lantas ia melihat ada ular berbisa diantara kakinya, siap-siap mematuknya, jadi dia turunkan lebih kebawah lagi, mengarah untuk menembak ular itu. Tetapi, suara itu masih berkata, "Aku bilang berdoalah dulu, bidik keatas itu lepas dan tinggallah tetap fokus."

Jadi orang itu memutuskan untuk menuruti suara itu. Ia berdoa, lalu mengarahkan senapan itu tinggi keatas pohon, membidik dan menembak kalkun liar itu. Peluru itu mental dari kalkun itu dan mematikan rusa. Pegangan senapan tua, jatuh menimpa kepala si ular itu dan membunuhnya sekali.

Dan ketika senapan itu meletus, ia sendiri terpental kedalam kolam. Saat ia berdiri untuk melihat sekelilingnya ia dapatkan banyak ikan didalam semua kantungnya, seekor rusa dan seekor kalkun untuk makanannya.

Berdoalah sebelum kita lakukan apapun dan arahkanlah keatas pada tujuanmu dan tinggallah terpusat pada Allah. Jangan kamu dikecilhatikan oleh siapapun mengenai masa lampau kita. Masa lampau itu memang tepatnya begitu. "Sudah lewat, sudah lampau." Hidupilah setiap hari sehari demi sehari. Dan ingatlah bahwa hanya Allah yang tahu masa depan kita dan bahwa Ia tidak akan membiarkanmu melewati daya tahanmu.


sumber : I Made Markus Suma, Pr., Lic.Th.,SS & Andreas Rudiyanto, Lic.Th, SS. Dan Yesus pun Tersenyum. Yogyakarta : Chivita Book. 2013

Jumat, 03 Mei 2013

"Bunga Matahari"

"... kenangan atas iman yang dihidupi tidak akan pernah layu ditelan kematian di bumi... "

"Januari kelabu," kataku dengan hati pilu. Oasis Lesta, tempat kremsi, merupakan saksi atas peristiwa kebakaran rumah yang menelan tiga nyawa dalam sekejap. Kebakaran diakibatkan charging handphone terlalu lama yang menimbulkan ledakan. Ledakan itu membakar rumah mereka pada saat mereka sedang terlelap. Rumah tersebut dihuni oleh tiga keluarga yang sedarah. Seorang ibu berusia 30 tahun meninggal dunia seketika karena kondisinya sangat lemah sehingga tidak mampu menyeberangi kobran sang jago merah. Ibu itu baru saja melahirkan banyinya 26 hari sebelumnya. Suaminya berhasil membawa bayinya keluar dari perangkap api sehingga selamat tanpa cacat walaupun tubuhnya sendiri dipenuhi dengan luka bakar yang mengerikan. Keponakannya yang baru berusia beberapa tahun juga mengikuti kepergiannya. Kepergiannya mengenaskan menimbulkan empati banyak orang sehingga kremasi tubuhnya diiringi ratap tangis yang menggetarkan jiwa. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menopangkan tanganku diatas kepala para anggota keluarga yang sdang dirundung nestapa didepan dua peti jenazah orang-orang tercinta.

Ketika airmata kesedihan belum kering dengan peristiwa kematian yang mengharukan, 1 minggu kemudian terdengar berita dukacita lagi tentang kematian kakaknya. Ia dan suaminya berusaha menyelamatkan keponakannya (yang telah meninggal sebelumnya) dari gansnya api dengan menggunakan tubuh mereka sebagai tameng. Beratnya luka bakar telah mengambil hidupnya dalam usia 32 tahun, sedangkan suaminya masih terbaring lemah di rumah sakit menantikan mukjizat penyembuhan Tuhan. Keponakannya  itu telah diasuhnya menjadi anaknya sendiri karena adiknya menderita kanker otak yang melumpuhkan kedua kakinya dan istrinya bekerja di Taiwan. Adiknya itu telah diselamatkan Tuhan secara ajaib.

Sambil menunggu proses kremasi, aku duduk disamping ibu mereka yang baru saja kehilangan kedua anak dan satu cucunya. Pada saat musibah itu, ibu tersebut berada di rumah anak-anaknya karena membantu megurus cucunya yang baru lahir. Ia juga tidak mengalami luka sedikitpun dalam peristiwa itu. Wajahnya tampak lebih tegar daripada seminggu sebelumnya walaupun hatinya hancur berkeping-keping. Ia mampu mengungkapkan imannya dengan kata-kata indah :

"Romo, aku sudah tidak dapat menangis lagi karena airmataku telah habis. Aku tidak berani lagi bertanya kepada Tuhan mengapa Ia membiarkan musibah ini terjadi. Namun, ditengah kedukaan ini, ada kebanggaan dihati. Sebelum mereka pergi menghadap Yang Ilahi, mereka saling melindungi dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Itulah bukti kasih yang membuat pengorbananku berarti."

Aku sendiri tidak mengerti rencana Tuhan dengan tragedi ini. Pertanyaan datang bertubi-tubi kedalam sanubari :
"Mengapa Tuhan tega mengambil kehidupan 3 orang yang baik dan masih belum lama menghuni bumi ini? Kedua ibu itu aktif dalam kegiatan rohani. Sang anak masih lucu dan suci?"

Jawaban dalam diriku adalah alasan apa pun, aku tidak dapat mengertinya. Kenangan atas kematian mereka akan menjadikan banyak manusia bagaikan bunga-bunga matahari yang mengikuti jalannya matahari dari terbit sampai terbenamnya menuju persekutuan dengan Sang Matahari Sejati, yaitu Allah sendiri. Marilah kita jalani hidup ini dengan mengikuti pancaran Tuhan sehingga kenangan atas iman yang dihidupi tidak akan pernah layu ditelan kematian di bumi, tetapi justru pancarannya menarik banyak orang untuk hidup didalam jalan Tuhan.


sumber : Felix Supranto, SS.CC. Jangan Galau! Allah Peduli. Jakarta : Penerbit OBOR 2013