Selasa, 05 Maret 2013

"Memaafkan"

"Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" (Matius 18 : 21)


Banyak orang seringkali tidak logis, tidak nalar dan bertindak egois. Biar begitu, maafkanlah. Ini adalah kata-kata magis yang terlahir dari kejernihan dan kedalaman batin Ibu Teresa yang semasa hidupnya merangkul isi dunia yang terpinggirkan.

Memaafkan "sampai tujuh puluh kali tujuh kali", satu proses dan semangat dasar yang mengalir dari kasih Allah untuk menerima manusia apa adanya. Memaafkan adalah proses penerimaan diri dan penerimaan orang lain. Orang tidak lagi mudah memaafkan, sehingga orang pun bertanya, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?".

Memaafkan, satu kata yang mudah diucapkankan tapi sulit untuk didagingkan dalam sikap dan tindakan hidup manusia.Memaafkan berarti orang dengan sadar 'melepaskan' rasa sakit yang ditanggungnya sebagai akibat dari perlakukan sikap dan tindakan orang lain. Di era digital segala kemajuan teknologi membuat manusia, dijauhkan dari hakekat kemanusiaannya yang adalah 'Gambar dan Citra' Allah sendiri. Potret semacam ini kerapm kali dimunculkan dalam kehidupan keluarga, minimnya komunikasi personal yang saling menyentuh jiwa satu dengan yang lainnya yang berakibat tumpulnya rasa untuk merasa makna memaafkan dan dimaafkan.

Masa prapaskah, menjadi peristiwa untuk melatihkan dan mengembalikan cara merasa seperti Allah merasa terhadap seluruh ciptaanNya, termasuk kepada manuasia.

Manusia tempatnya salah. Dengan memaafkan dan mengampuni manusia meragakan Sabda Allah. Allah menjadi nyata dan hidup dalam hati manusia. Apakah aku sudah dengan sadar memaafkan atau mengampuni orang yang telah melukai perasaanku??


sumber : Ret-ret Agung Umat 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar