"Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia." (Lukas 15 : 28)
Pada suatu kali ada seorang yang bertanya demikian,
"Kok saya yang sudah berusaha hidup suci, rajin berdoa, ke gereja tidak absen dan rajin menyumbang dan pelayanan, tetapi doa saya tidak dikabulkan malahan orang yang saya pandang malas berdoa, malas ke gereja, pelit dan tidak aktif pelayanan kok malah doanya lebih banyak dikabulkan, kok bisa ya?"
Dari pertanyaan itu tersebut nampak tersirat ungkapan protes pada Tuhan, sepertinya Tuhan itu kurang adil. Pengalaman itu tentunya bisa juga kita alami dan sangat manusiawi. Namun dari pengalaman tersebut kita dapat bercermin pada kisah si sulung yang protes atas tindakan ayahnya yang menerima dengan penuh sukacita si bungsu yang nakal.
Belajar dari kisah si sulung, kita diingatkan bahwa segala usaha kita mengabdi Allah yang terungkap dalam kebaikan dan kesucian hidup bukanlah atas pamrih melainkan sebagai bentuk pertobatan konkret yang tanpa henti. Mengagungkan Allah sebagai Bapa yang baik dan murah hati, kita tempatkan lagi dalam keluasan penuh akan kemahakuasaan Allah yang menampakkan kebijaksanaan dan keadilanNya. Dengan demikian kita pun bertumbuh dalam iman yang senantiasa pula bersolider dengan iman yang juga dperjuangkan oleh setiap orang dari ruang lubuk hati yang terdalam dimana hanya Allah yang mengetahuinya.
Akhirnya kita bisa bertanya lebih dalam lagi siapakah kita dihadapan Allah?? Apakah masih ada kesombongan dalam hatiku yang menganggap diri baik dibanding yang lain?? Apa yang harus ku lakukan untuk semakin memurnikan hidup imanku dihadapan Allah yang penuh kasih??
sumber : Ret-ret Agung Umat 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar