Jumat, 15 Februari 2013

"Puasa Sebagai Ekspresi Iman"

"Akan datang waktunya, ketika mempelai pria akan diambil dari mereka dan pada ketika itu mereka akan berpuasa." (Matius 9 : 15b)


Gereja Katolik menetapkan aturan berpuasa berupa makan kenyang sebanyak satu kali alam sehari. Selain itu ketetapan itu, bermacam cara dapat ditambahkan orang dalam berpuasa dan bermati raga. Ada yang memutuskan untuk tidak makan daging selama empat puluh hari. Ada yang secara ekstrem hanya menyantap nasi putih saja selama masa puasa, mengurangi banyak kenikmatan saat makan. Ada yang mengurangi jumlah uang makannya, lalu menyimpan kelebihannya untuk didermakan.

Bagaimanakah situasinya ketika masa puasa berakhir? Ada yang berusaha untuk mempertahankan kesederhanaan hidup, karena puasa memberikan semacam inspirasi bagi sikap dan tingkah laku. Namun, tidak sedikit juga yang kembali ke gaya hidup lamanya, yang cenderung konsumtif dan boros, serta abai pada kesulitan hidup sesama.

Puasa dan mati raga sejatinya menjadi ekspresi iman. Yang hendak diungkapkan adalah keprihatinan serta solidaritas atau bela rasa kepada sesama. Puasa dan mati raga bukanlah sekadar aturan agama, sebab adakah diantara kita yang bersungguh-sungguh dapat makan enak sementara orang lain masih kelaparan? Dapatkah kita betul-betul merasa nyaman selagi ,masih ada orang yang menderita?


sumber : Ret-ret Agung Umat 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar