Ada seorang buruk rupa dan sekaligus buruk perangainya. Dia seorang penjahat. Suatu ketika dia bertemu gadis cantik. Pemuda itu jatuh hati dan menyatakan cintanya padanya. Tetapi tentu saja sang gadis menolaknya. Namun ia masih memberi sedikit harapan kepada pemuda itu degan mengatakan,
"Saya akan menerimamu asal bisa kau ubah wajah dan kelakuan burukmu itu."
Suatu kesempatan dalam sbuah pesta, pemuda sudah berubah wajahnya bertemu dengan gadis tadi. Ia menyatakan cintanya dan sang gadis menerima karena juga tidak menyadari bahwa yang dihadapi adalah pemuda buruk rupa yang tersamar topeng diwajahnya. Maka jadilah mereka pasangan yang serasi. Setelah menikah pun pemuda itu berubah menjadi pribadi yang sempurna, setia dan begitu mencintai istrinya.
Suatu hari, pasangan tadi bertemu seseorang yang pada masa lalu merupakan rekan si pemuda. Karena tahu dan mengenal, maka lelaki itu menarik topeng yang dikenakan dihadapan sang istri. Apa yang terjadi? Begitu topeng itu dirobek, wajah asli yang semula amat buruk telah berubah persis seperti topeng yang dikenakannya. Tetap tampan.
Pertobatan dan perubahan batin yang sedemikian rupa akan membantu mengubah fisik ke arah tata laku yang lebih baik. Bertobat bukan hanya karena mau menghindarkan diri dari, tetapi lebih karena bertobat untuk meraih suatu nilai. Meraih sesuatu yang lebih bermakna.
Rabu abu adalah kesempatan kita untuk menarik diri dan melihat diri. Kita semua tak ada yang sempurna. Semua dari kita kotor. Perlu dibersihkan. Maka Yesus mengajak pendengar sabdaNya, muridNya untuk membersihkan diri dari kekotoran.
Dua cara yang bisa kita lakukan adalah bermati raga dalam pantang, puasa dan beramal kasih. Perjuangan yang sedemikian kuat penuh pengorbanan diri untuk mengubah sesuatu ternyata juga berdampak dalam keseluruhan hidup kita. Seperti seorang pemuda buruk rupa dan sekaligus buruk perangainya dalam cerita diatas tadi. Tak ada yang mustahil bagi Tuhan.
sumber : Retret Agung Umat 2013 Keuskupan Agung Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar