Seorang anak muda desa berangkat menuju kota dengan membawa impian menjadi pegawai pemerintah dengan kedudukan dan jabatan terhormat. Ia mempersiapkan segala sesuatu menuju kota dengan sebuah keyakinan akan keberhasilan. Jauhnya perjalanan membuat ia lelah sehingga ia beristirahat di sebuah kedai kecil dibawah pohon rindang di tepi jalan. Ia memesan semangkuk bubur. Sementara menunggu, tanpa terasa ia tertidur dengan kepala tertelungkup di meja.
Saat itulah ia bermimpi duduk disebuah kursi, dalam sebuah ruang kerja yang sejuk karena pendingin udara. Saat itu pintu ruangannya diketuk seseorang dan ia mempersilahkan seorang tersebut masuk. Ternyata yang masuk adalah seorang karyawan kantor. Dengan rasa hormat, karyawan tersebut membungkuk dan menyodorkan sebuah map berisi dokumen dan surat-surat penting yang harus ia tandatangani.
Anak muda tersebut memeriksa lembar demi lembar dokumen itu kemudian memberikan otorisasinya. Setelah semuanya selesai, sang pegawai kembali membungkuk dan memberi hormat. Tidak lama kemudian seorang wanita muda nasuk keruangannya mengingatkan akan beberapa jadwal yang harus ia lakukan sepanjang hari ini.
Belum sempat memberikan komentar, ia merasa seseorang menegur, menepuk dan mengguncang pundaknya dengan cukup keras sambil berkata,
"Bangun Mas, buburnya dimakan sebelum dingin".
Ia pun terbangun dengan kesal karena sedang menikmati mimpi indahnya.
Banyak orang merasa cukup jika dapat menikmati mimpinya, sekalipun apa yang ia harapkan belum dapat diraih. Menikmati mimpi memang menyenangkan, tetapi tenggelam dalam mimpi adalah sebuah kesalahan serta mengabaikan realita adalah pengulangan kesalahan. Bangunlah dan terjagalah. Melakukan kesalahan saat terjaga lebih bermakna daripada merasa benar dalam sebuah mimpi.
sumber : Imanuel Kristo. Momen Inspirasi 3. Yogyakarta : Penerbit ANDI 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar