Seorang wartawan foto sedang berada di daerah yang tertimpa bencana kelaparan. Dia ingin mengabadikan suasana ketika badan sosial sedang membagikan makanan untuk rakyat miskin. Dia sudah bersiap - siap untuk mengambil foto terhadap orang - orang yang sedang antre panjang untuk mendapatkan makanan. Ada yang mendapatkan roti, susu, buah - buahan.
Tiba - tiba matanya yang setajam rajawali menangkap pemandangan yang menarik. Seorang remaja tanggung sedang bersama tiga orang bocah kecil lainnya. Tampaknya dia menjaga ketiga anak itu. Fotografer itu segera bersiap dengan kameranya. Dia berharap menangkap moment terbaik. Dia melihat gadis kecil itu berada diantrean paling belakang dan menyuruh ketiga bocah lainnya untuk menunggunya dibawah pohon. Saat gilirannya tiba, karena persediaan makanan sudah habis, panitia hanya bisa memberinya sebuah pisang. Meskipun hanya mendapat sebuah pisang, wajahnya tidak memancarkan kekecewaan. Dia mengupas pisang itu dengan hati - hati, memotongnya menjadi 3 bagian dan membagikan masing - masing potongan itu kepada 3 bocah kecil yang tadi bersamanya. Dia sendiri cukup puas dengan mengisap - isap kulit pisang. Fotografer itu tidak jadi mengambil gambar. Jemarinya tampak kaku untuk menekan tombol shutter kameranya. Sebaliknya, ia memakai tangannya untuk menghapus airmatanya yang tiba - tiba saja membanjiri wajahnya.
Orang - orang yang paling malang dan menderita seringkali justru menunjukkan solidaritas yang tinggi. Sebenarnya, situasi dan kondisinya sendiri membuatnya sulit untuk menolong orang lain. Namun, disaat seperti itu pun mereka tidak mementingkan diri sendiri. Betapa malunya kita yang dalam kondisi serba kecukupan seringkali justru mencari keuntungan untuk diri sendiri dan mengabaikan bahkan menginjak - injak hak orang lain yang sebenarnya justru yang berhak menerimanya.
sumber : Xavier Quentin Pranata. Kisah Inspirasional Plus. Yogyakarta : Moriel Publising House 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar