Kamis, 05 April 2012

"Pendonor Mata"

Setelah menikah bertahun - tahun, seorang suami mulai berlaku kasar terhadap istrinya. Dia bukan saja suka memaki - maki tetapi juga turun tangan. Tangan yang seharusnya dipakai untuk membelai rambut dan melindungi istri justru dia pakai untuk menampar istrinya. Tak jarang kakinya pun ikut menendang. Bulan madu sudah menjadi kenangan pahit bagi istrinya.

         Suatu kali sang suami durhaka itu mengalami kecelakaan. Matanya terkena pecahan kaca dan menjadi buta. Dokternya memberitahunya kecuali ada yang mau mendonorkan matanya barulah dia bisa melihat kembali. Dia pun merasa dunia menjadi gelap. Tanpa dia duga, tidak lama kemudian dokternya datang dan mengatakan ada yang mau mendonorkan matanya. Dia merasa gembira, tetapi sekaligus jengkel. Dia merasa senang karena tidak lama kemudian dia bisa melihat kembali. Dia marah karena istrinya tidak lagi menjenguknya. "Dia pasti mau balas dendam," ujarnya dengan hati membara dan bukal menyesal atas perbuatannya yang kasar kepada istriya dulu.

         Operasinya berhasil. Segera setelah ia diizinkan pulang, dia ingin segera melampiaskan kemarahannya kepada istrinya. Dia mecari istrinya didepan rumah tidak ada. Dia masuk kedapur, istrinya tidak disana. Akhirnya dia masuk ke kamar dan melihat istrinya sedang tertunduk. Dengan kasarnya ia mendongakkan kepala istrinya dan siap - siap untuk menyemburkan makiannya. Tiba - tiba lidahnya kelu. Kerongkongannya terasa kering. Matanya mulah membasah tak bisa ia kontrol. Ternyata kedua mata istrinya memutih. Dia tahu sekarang bahwa pendonor mata itu adalah istrinya sendiri.

        Kita bisa saja seperti sang suami yang hanya ingin menyalahkan orang lain tanpa instropeksi diri. Jika kita seperti itu jalan satu - satunya adalah berbalik dari jalan kita yang jahat. Sebaliknya, jika kita berada diposisi istri, seberapa jauh kesabaran kita terhadap orang - orang yang menyakiti kita?


sumber : Xavier Quentin Pranata. Kisah Inspirational Plus. Yogyakarta : Moriel Publishing House 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar