Senin, 02 April 2012

"Hati Allah"

Sebuah telunjuk menekan bel rumah tinggal rohaniawan. Jarum jam menunjukkan pukul 05. 30 pagi.

Terdengar langkah bergegas mendekati pintu. Seorang rohaniawan muda mengenakan jubah putih diikuti anjing dalmatian membuka pintu.

Sebuah paras elok terlihat dari sela pintu.

"Saya minta maaf mengganggu engkau sedini ini."

"Pintu terbuka bersamaan dengan pintu gereja setengah jam lalu."

Paras elok terangkat menatap rohaniawan disertai segaris senyum.

"Arum mau tanya sesuatu."

"Silahkan."

"Apakah hati Tuhan itu besar?"

Kesedihan tersembunyi di balik mata indahnya.

"Silahkan duduk."

Rohaniawan kembali dengan segelas teh hangat.

"Pribadi - pribadi terdekat mengabaikan Arum?"

Air mata berguguran dari mata beningnya. Arum menjumputi abjad di sela - sela isakannya.

"Hati mereka tertutup. Apakah Allah membuka hatinya padaku?"

Arum menyingkap lengan panjang bajunya. Bilur - bilur kehitaman sebesar jarum tisik terpampang.

"Hati Allah jauh lebih besar dari perkiraan kita," jawabnya sambil membentuk hati dengan tangannya.


Tanda "Dilarang Masuk" di jalanan barangkali sama banyaknya dengan tanda yang sama dalam hati terhadap kehadiran yang lain, terutama kaum miskin dan tertindas.

sumber : Mutiara Andalas, S.J. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar