Pada suatu musim dingin, saya diundang untuk melayani Winter Camp sebuah gereja. Panitia meminta saya untuk menyampaikan tema tentang 'Jodoh'. Saya meminta peserta untuk menuliskan kriteria calon pasangannya. Sambil menunggu mereka mengisi kertas kosangnya, saya teringat dengan sebuah humor tentang pencarian jodoh. Seorang cewek berkata tentang kriterianya, "Saya berharap calon suami saya adalah seorang yang penua kepribadian, rumah pribadi, mobil pribadi, pesawat pribadi bahkan pulau pribadi!" Cewek lain berkata, "Kalau saya sih ingin punya cowok yang punya wibawa. Wih bawa BMW, wih bawa handphone terbaru, wih bawa kartu kredit platinum!" Saya masih tertawa saat membayangkan hal itu.
Ketika kertas-kertas itu saya kumpulkan, saya mendapati banyak variasi. Ada yang menginginkan pasangan yang kaya dan rohani. Ada yang lebih menginginkan kesesuaian selera. Ada juga yang menginginkan bentuk tubuh tertebtu. Namun, diantara semua itu saya menemukan seorang gadis yang memberikan kriteria yang berbeda. Diatas kertas putih bersih itu dia memberikan kriteria menurut nomor urut dan skala prioritasnya. Diangka nomor satu, dia menulis, "Jodohku haruslah seorang pria yang lebih mengasihi Yesus daripada saya!" Kriteria itu sungguh luar biasa. Dia tahu jika calon suaminya mengasihi Yesus, dia juga pasti mengasihi istrinya. Namun jika orang itu mengasihinya, belum tentu dia mengasihi Yesus.
Saya tidak tahu apakah saat ini anda sedang bergumul mencari jodoh baik bagi diri sendiri maupun bagi anak anda. Teladanilah kriteria gadis di Winter Camp itu. Bobot, bebet dan bibit memang penting tetapi yang lebih penting lagi adalah penyertaan Tuhan. Mintalah hikmat dan restu dari Tuhan sebelum mengambil keputusan. Jangan sampai salah pilih. Pernikahan itu sekali seumur hidup dan penyesalan seringkali datang terlambat.
sumber : Xavier Quentin Pranata. Kisah Inspirasional Plus. Yogyakarta : Moriel Publishing Home 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar