Berto mengelap tetesan keringat yang berkerumun di dahi. Orang tuanya entah berapa lama berbicara serius dengan Jenny, tunangannya.
"Apakah bijak mereka masih mengorek pribadi Jenny di malam persiapan pernikahan?" ujar Berto sambil menggigit pelan bibir bawahnya.
Berto mengira orang tuanya lebih dewasa dalam bertutur kata dengan tunangannya.
"Papa dana mama terlalu jauh turut campur dalam hubungan kami."
Sampai menjelang subuh Berto mendengarkan keluh kesah Jenny.
Tissue berserakan dan Jenny berbicara dengan banyak sela air mata.
"Apakah demikian sikap orang tuamu terhadap setiap calon menantunya?"
Berto menyembunyikan Jenny dalam rengkuhannya.
"Pernikahan besok berlangsung antara engkau dan aku."
Akhirnya Jenny tertidur dalam pelukannya. Jenny berjalan gemetar menuju altar. Pembicaraan semalam dengan mertua masih menempel dalam benaknya. Langkahnya setengah limbung.
Berto sempat meminta izin pastor.
"Apakah diperkenankan berjalan bersamanya daripada menunggunya di depan altar?"
Saat tepuk tangan hadirin mengiringi langkah keduanya keluar gereja, Jenny berbisik
"Kita memasuki gereja berdua. Kita keluar gereja bertiga. Engkau, Aku, Tuhan."
sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar