Seorang sales sedang dalam perjalanan keliling untuk memasarkan dagangannya. Negara yg sedang krisis mebuat dagangannya tidak laku. Dia memutuskan untuk menyetir kembali mobil boksnya. Di tengah jalan yang sepi dan jauh dari rumah penduduk, bannya kempis. Terpaksa dia menghentikan mobilnya dipinggir jalan dan menciba mengganti bannya dengan ban cadangan. Ternyata dongkraknya tidak ada di tempat.
Dari kejauhan dia melihat sinar lampu keluar dari jendela sebuah rumah. Dia segera ke sana untuk meminjam dongkrak. Dia baru memulai melangkah ketika hujan turun dengan lebatnya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Hatinya yang sudah jengkel langsung membara. Dia mulai marah terhadap keadaan yg kurang menguntungkan maupun kepada dirinya sendiri. Kepalanya dihantui oleh pikiran negatif. "Ah orang zaman sekarang egois. Jangan - jangan pemilik rumah itu sama saja. Apa dia mau keluar di malam - malam yg dingin seperti ini? Paling - paling dia membuka pintu dan membantingnya kembali!". Karena dihantui pikiran negaifnya sendiri, ketika sampai di depan rumah orang itu, dia mengetuk rumah orang itu dengan kasar. Begitu rumahnya dibuka, dia berkata, "Kamu pasti malas membuka pintu bukan? Aku ingin pinjam dingkrak sebenarnya, tapi kamu pasti tidak mau memberikannya bukan? Kamu memang orang yg egois!". Ketika menanggapi kata - kata kasar itu, pemili rumah yg terbangun itu menjadi marah dan benar - benar membanting pintunya, mengunci dan kembali tidur.
Kemarahan itu tidak saja merugikan tetapi juga menular. Mari kita kendalikan amarah kita sebelum amarah kitalah yg justru mengendalikan kita.
sumber : Xavier Quentin Pranata. Kisah Inspirasional Plus. Yogyakarta : Moriel Publishing House 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar