"Kami bangga denganmu," kata ibu sambil melingkarkan pelukan pada bahu puterinya.
Gita mengajak orang tuanya duduk di tangga bangunan kampusnya. Seorang pemandu bercerita kepada anak-anak sekolah yang berkunjung untuk orientasi kampus, "Universitas ini menduduki urutan teratas untuk prestasi akademik."
"Universitas ini memilki sisi lain selain prestasi akademik yang jarang dikisahkan," ujar Gita sambil meletakkan topi kelulusan ke dadanya.
Kabut turun menaungi kawasan kampus.
"Gita datang ke kampus ini sebagai mahasiswa internasional. Segalanya nampak lancar dengan perjalanan akademik. Pada tahun kedua, kaki Gita berjalan tertatih-tatih dan akhirnya tersungkur ke tanah."
Kalimat Gita terhenti aliran air mata.
Seorang profesor tua yang sedang menuruni tangga menghampirinya,
"Apakah aku boleh menemanimu duduk?"
Sebuah kisah yang berliput air mata terdengar.
"Gita, aku duduk di tangga yang sama sepertimu 50 tahun lalu." Seorang profesor melihatku sendirian.
"Saya akan bicara dengan para dosen lain. Murid sepertimu pantas mendapatkan kesempatan kedua. Maukah engkau menerimaku sebagai perantaramu?"
Saat penolong hadir memberikan kesempatan kedua, separuh kesedihan karena kesendirian sudah terseka. Di saat ada uluran hangat seorang sahabat, kaki yang tertatih dan tersungkur menguat dan bertahan dua kali lipat.
sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar