"Orang lain dapat nama, padahal Donita yang bekerja keras di acara sekolah," ujarnya dongkol.
Seekor katak menjalani lebih dari separuh usia hidupnya di sebuah kolam kecil. Terbersit hasrat melihat keindahan dunia. Setelah perjalanan jauh, langkahnya terhenti di tepi danau.
Donita membalikkan badannya.
Ia melihat dua ekor burung bangau yang sedang istirahat di tepi danau.
"Apakah kalian dapat membantuku menyeberangi danau ini?"
"Kami dengan senang hati membantu. Tetapi bagaimana caranya?"
"Aha. Kalian memegang ujung dahan dengan mulut. Aku akan berpegangan dengan mulutku ditengah-tengah dahan untuk keseimbangan."
Kedua burung bangau itu terbang membawa katak melintasi danau.
Mata Donita berbinar-binar.
Seorang nelayan mencari ikan bersama rekannya berkomentar,
"Betapa cerdas kedua burung bangau itu."
Telinga katak seketika menjadi panas. Ia menyahut percakapan nelayan.
"Aku pencetus idenya. Aku yang mestinya dapat nama." Mulut katak terbuka. Tubuhnya terjerembab jatuh ke danau.
Untuk hal-hal tertentu, lebih baik kita tidak mendapat nama. Ketenaran itu menyenangkan, namun dapat menjadi dosa dalam arti harfiah dan kiasan dan dapat menjadi bumerang. Sebagian ketenaran kita mungkin lebih baik lepas tangan, kecuali kita kesulitan mengelakkannya.
sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar