Saya memiliki seorang teman yang sedang berusaha mengambil keputusan di tengah segala keraguan yang dialaminya. Meski ia masih percaya bahwa Tuhan itu baik, tetapi sebagian besar pengalamannya terlihat berlawanan dengan apa yang dipercayainya. Ia mempertanyakan nilai kebajikan karena ia melihat orang yang jahat tidak dihukum. Meski mengetahui bahwa seharusnya ia menikmati ketika berjalan bersama Allah, tetapi sekarang hal itu menjadi lebih seperti kewajiban daripada sukacita.
Saya juga punya kenalan yang mencoba bersandar kepada Allah dengan satu tangannya, sedang tangan yang lain menggenggam dosa. Akhir-akhir ini saya mendengar bahwa pernikahannya yang keempat berakhir dalam waktu kurang dari sepekan. Setelah mengeluarkan biaya ribuan dolar untuk pernikahan, ia akan mengeluarkan ribuan dolar lagi untuk perceraiannya.
Bila ada orang yang bertanya tentang arti berjalan bersama Allah, saya akan menjawab : " Mengatakan tidak" terhadap pilihan-pilihan yang mementingkan diri sendiri dan "Mengatakan iya" terhadap perintah-perintah Allah memang tidak mudah, tetapi itulah satu-satunya jalan untuk mengalami sukacita kekal dan sejati. Tentu saja hal itu tidak menjamin kita bebas dari permasalah hidup, tetapi memberikan kepastian bahwa kita dapat mengalami kedamaian meski dalam saat-saat yang sulit. Kita dapat bersukacita karena berkat Allah akan menjadi milik kita walaupun jalannya tidak mudah.
Sekalipun jalannya susah dan suram dan ujungnya jauh dari pandangan, jalanilah dengan berani, saat bersemangat ataupun lelah percaya kepada Allah dan lakukan yang benar.
Harga ketaatan tak ada artinya dibandingkan harga yang harus dibayar karena ketidaktaatan.
sumber : Santapan Rohani edisi tahunan VIII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar