Seorang ayah memiliki tiga orang putra. Karena merasa anak-anaknya sudah besar dan dia sudah cukup tua, sang ayah ini ingin pensiun. Dia menyerahkan ingin perusahaannya ke salah satu anaknya. Untuk memastikan siapakah yang cocok duduk di tampuk pimpinan, dia membuat semacam tes. Dia mengajak ketiga anaknya ke tiga gudang kosong yang sudah ia sediakan. Dia memberikan kepada masing-masing putranya uang sebesar Rp. 100.000. "Ditangan kalian ada uang yang sama nilainya dan gudang yang sama besar," ujar sang ayah. "Tugas kalian adalah membeli barang yang bisa memenuhi gudang ini. Waktunya hanya sehari. Nanti malam saya ingin melihat hasilnya."
Ketika malam tiba, sang ayah bersama ketiga anaknya berjalan beriringan menuju ketiga gudang kosong itu. Anak pertama segera membuka pintu gerbang. Ternyata lantai gudang itu dipenuhi dengan jerami, tetapi tidak bisa memenuhi seluruh gudang. Ketika anak kedua membuka gudangnya, sang ayah melihat gudang itu dipenuh balon yang sudah ditiup. Walaupun banyak ternyata tidak bisa memenuhi gudang itu. Saat anak ketiga membuka gudangnya, sang ayah maupun kedua kakak anak itu bingung karena gudangnya masih kosong. "Apa yang kau lakukan , Nak?" tanya ayahnya diiringi tertawa sinis kedua kakaknya. Dengan penuh percaya diri sang anak berkata, "Lihat Yah, aku telah memenuhi gudang ini dengan cahaya!" Rupanya dia membeli lilin dan menyalakan disemua sudut ruangan. Anak bungsu inilah yang dipilih sang ayah untuk menggantikannya.
Hidup kita ini seperti lilin. Tidak peduli apakah kita sebatang lilin yang besar atau kecil. Lilin justru berguna saat dinyalakan, meleleh dan menerangi sekelilingnya. Lilin memang berkorban untuk lingkungan. Maukah kita memakai hidup yang sangat pendek ini untuk menjadi terang bagi sekeliling kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar