"Apa saja yang menghalangi kebahagiaan kalian dalam perkawinan?"
"Uang," sergap peserta di kursi paling belakang.
Tanpa komando peserta lain bertepuk tangan.
"Berapa banyak uang yang kalian perlukan agar bahagia?" tanya pembicara.
"Sebanyak mungkin," timpal peserta di kursi belakang tadi.
Sebagian besar peserta mengangkat dua ibu jari tangannya ke atas menyatakan setuju.
"Siapa yang bahagia dengan uang yang dimiliki dalam rekening sekarang?"
Tanpa sadar sebagian besar peserta menggelengkan kepala. Beberapa berhitung dengan jari-jari tangannya.
"Kami ingin penghasilan lebih besar daripada sekarang," kaita seorang suami sambil memeluk bahu istrinya.
"Kami ingin lebih," ujar seorang ibu yang langsung mendapat kecupan persetujuan dari suaminya.
"Kita harus hidup di planet lain jika menolak uang sebagai penakar kebahagiaan," kata seorang laki-laki sambil membetulkan dasinya yang agak melorot.
"Kebahagiaan bukan berasal dari besarnya uang yang saudara-saudari berhasil kumpulkan, tetapi dari seberapa besar engkau menghargai uang yang terkumpul pada kalian sekarang," demikian tanggapan Tommy di ujung seminar.
Jangan sampai orang tua menghilangkan kehangatan dan kebersamaan keluarga dan menjadikan jalanan sebagai rumah karena sibuk memenuhi tuntutan hidup.
sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar