Sebuah paras jelita tercetak pada kertas poster. Ratusan keping kertas kecil bertebaran menanti tangan penyusunnya.
"Dimana irisan kertas pertama?" tanya Mike mengaduk tumpukan kertas.
"Kita baru saja mulai. Papa jangan menyerah dahulu," ucap Donita sambil menepuk-nepuk bahu papanya.
Donita berhasil menemukan potongan kertas pertama.
"Capek juga ya," ujar Mike sambil memijit pinggangnya yang pegal.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan setiap hari setelah makan malam bersama? Kita ajak mama," usul Donita.
Satu demi satu potongan kertas tersambung.
"Hore! Kita selesai setengah wajah," ujar Donita dengan paras berseri-seri.
Tangh malam mata Mike belum juga terkatup. Ia memilih duduk menghadap jigsaw puzzle. Papan tinggal menyisakan puluhan potong kertas.
"Segala nampak mustahil diawal. Pada akhirnya segalanya menjadi mungkin," ujar Mike lirih sambil menyelesaikan teka-teki.
Ia memandang lama paras jelita uang terpampang bersekat lekukan garis. Sesosok paras berkelebat dalam kenangannya.
"Aku hampir saja angkat tangan mendampinginya dikelas. Cecilia ibarat jigsaw puzzle. Ia penderita autis."
Perjuangan anak berkebutuhan khusus untuk masuk ke dunia nyata bahkan tak semudah menyelesaikan jigsaw yang sangat rumit. Perjuangannya sepanjang hidup karena puzzle kehidupan berkelebatan tanpa bentuk dan warna yang jelas.
sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar