Alkisah Kapak, Gergaji, Palu dan Nyala Api sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Disuatu tempat, perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalanan. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan yang mereka miliki masing-masing.
"Itu bisa aku singkirkan," kata Kapak. Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam baja yang kuat dan keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat Kapak itu lebih tumpul sendiri samapi ia berhenti.
"Sini, biar aku yang urus," kata Gergaji. Dengan gigi-gigi yang tajam tanpa perasaan, ia pun mulai menggergaji. Tapi kaget dan kecewa ia, semua giginya menjadi tumpul dan rontok.
"Apa ku bilang," kata Palu, "Kan aku sudah omong, kalian tak bisa. Sini, sini aku tunjukkan caranya." Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah.
"Boleh aku coba?" tanya Nyala Api. Dan ia pun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekapnya erat-erat tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itu pun perlahan meleleh cair. Indah, ya indah ketika kita mengenakan kasih dengan lembut dan tanpa henti bukan?
sumber : Jost Kokor, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar