Kamis, 20 Desember 2012

"Doa Damai"

"Saya setiap hari berdoa untuk perdamaian Tibet. Saya juga berdoa untuk negara Cina."

"Mengapa engkau menggunakan kata kita? Engkau sebaiknya menggunakan kata saya. Perilaku militer Cina yang membantai seperlima warga Tibet sangat mempengaruhi sikap kami terhadap mereka," aku sekretaris pribadinya.

"Apakah perdamaian itu?" tanya jurnalis yang berkunjung ke Dharamsala.


"Serangan gelap mata yang dilancarkan militer Cina mengakibatkan militer kerusakan dan penderitaan. Saya dipaksa menyerang Tibet. Mereka mencanangkan kemenangan namun hanya menuai kekalahan."


"Kami menolak pendudukan dan kekerasan Cina dengan pendekatan bela rasa," tutur Dalai Lama.

"Perdamaian lebih luas jangkauan maknanya daripada sekedar ketiadaan kekerasan. Ia lebih penting daripada kekuasaan politik. Perdamaian ekspresi bela rasa."

Jurnalis itu menuturkan keramahtamahan Dalai Lama.

"Senyumnya menerangi ruangan."

Dharmasala bertambah sunyi saat angin kencang memadamkan aliran listrik.

"Saya berharap kita semakin berhubungan satu sama lain sebagai sesama manusia."

"Kita semakin kesulitan berhubungan satu sama lain sebagai komunitas manusia," papar Dalai Lama.

Senyum yang tulus bukan hanya dari bibir yang menyamping dari kiri ke kanan, namun dari pancaran mata demi membahagiakan saudaranya. Kedamaian akan hadir untuk kita bersama dari sana.

sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar