Suatu hari Sang Khalik memanggil air dan bersabda, "Hai air, cipataanku, maukah kau berbuat sesuatu yang sulit tapi amat bermanfaat bagiKu?"
"Silahkan, Tuhan." sahut air.
"Begini", kata Tuhan, "Lihatlah di seberang gurun disana ada tanah yang amat memerlukan air. Pergilah kesana dan buatlah tanah itu subur."
"Maaf Tuhan untuk pergi kesana aku harus melewati gunung, karang, jurang dan gurun. Apa aku bisa?"
Tuhan tidak menyahut. Air segera bergegas mengumpulkan teman-teman airnya, lalu menuju tanah itu. Pada waktu mereka berhadapan dengan gunung, mereka bilang itu mustahil. Tetapi akhirnya mereka mengalah dan mencari jalan lain yang panjang dan berliku, karena mereka tahu tak ada jalan pintas. Kemudian mereka berhadapan dengan karang. Mereka menangis mengakui ketakmampuan mereka. Tetapi dengan kesabaran luar biasa, tetes demi tetes, mereka melalui rintangan karang.
Lalu cobaan ternyata tak berhenti. Mereka berhadapan dengan jurang. Mereka ketakutan setengah mati, karena harus terjun ke jurang yang dalam. Dan akhirnya mereka nekad terjun.
Kini mereka berhadapan dengan gurun yang kerontang dan panas. Mereka mengalir ke gurun dan setiap kali mengering air habis di telan gurun. Sekali lagi mereka menangis, mengeluh kesakitan dan benar-benar hampir putus asa. Waktu itu, matahari menawarkan bantuan,
"Aku", kata matahari, " Bisa membantu tetapi amat menyakitkan. Aku bisa mengubah kalian menjadi uap lalu naik ke atas, lalu dihembuskan angin ke seberang. Disana kalian akan diubah menjadi air lagi."
Air setuju kendati mereka tahu mereka akan kehilangan jati diri. Uap dihembus angin ke atas tanah dan kemudian berubah menjadi air. Tanah itu kemudian menjadi amat subur.
Memotivasi diri sendiri. Memberi teladan pada anggota keluarga. Keberhasilan bukan hasil dari nyala spontan. Anda harus membakar diri.
sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta ; Kanisius 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar