Seorang laki-laki berperawakan kecil berjalan terbungkuk-bungkuk dengan tas besar dipundaknya. Ia satu diantara pengungsi yang melewati perbatasan masuk Rwanda.
"Aku yakin sekali ia pembunuh tetanggaku," ujar Francoise sambil memicingkan penglihatannya.
Francoise kehilangan delapan anggota keluarganya akibat pembantaian milisi Hutu di Gisenyi. Ia selamat karena pada saat berkunjung ke rumah tetangga.
"Apa yang akan engkau perbuat jika menemukan pembantai keluargamu?" tanya jurnalis.
Francoise mengingat paras mereka yang membantai keluarganya.
"Sejauh ini aku belum menemukan mereka diantara para pengungsi yang kembali," jawabnya sambil melemparkan pandangannya ke arah kerumunan.
"Apa yang akan engkau perbuat jika engkau menemukan mereka?" desak jurnalis.
Francoise ambil nafas panjang. Campuran emosi melukis parasnya. Ia menggali jawaban dari kedalaman hatinya.
"Seluruh keluargaku akan tetap berbaring di kubur jika tanganku melampiaskan pembalasan terhadap pembantai keluargaku. Jawabannya terletak pada keadilan dari Tuhan.
Kekerasan membiakkan kekerasan yang lain. Sebaliknya, kasih terhadap mereka yang memusuhi kita melahirkan pengampunan.
sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar