Jumat, 29 Maret 2013

"Cinta yang Luar Biasa"

Sore itu, Kamis (28/03) aku ikut misa Kamis Putih jam 16.00di Paroki St. Arnoldus yang dipimpin oleh Rm. Anselmus Selvus, SVD. Aku sangat tertarik dengan homilinya, beliau berkata bahwa banyak orang yang pada tanggal 14 Februari merayakan hari kasih sayang tetapi bagi kita umat katolik hari kasih sayang itu adalah pada perayaan Kamis Putih. Kenapa? Karena dihari itu Tuhan telah memberikan seluruh diriNya untuk kita. CintaNya tidak diungkapkan dengan kata-kata yang indah ataupun puisi yang romantis tapi dengan tindakan nyata dengan wafat disalib. Kita diajak untuk menunjukkan rasa cinta kita kepada Tuhan dengan tindakan yang nyata pula, dengan turut mengambil bagian dalam perayaan ekaristi misalnya. Banyak terdapat puji syukur namun yang memanfaatkannya sedikit, banyak yang dalam perayaan ekaristi tidak turut serta memuji dan memuliakan Tuhan.

Contoh tindakan nyata lainnya dilingkungan misalnya, Rm. Ansel mengajak kita untuk mengumpulkan yang sisa. Maksudnya adalah uang receh, kecil memang namun kalau setiap keluarga mengumpulkan dari yang sisa itu akan banyak warga kita yang tidak mampu sekolah dapat kita bantu. Dengan semangat mari berbagi, kita diharapkan menunjukkan rasa cinta kita kepada Tuhan melalui sesama. Semakin beriman maka akan semakin bersaudara dan berbelarasa. Perbuatan yang kecil sekalipun tapi sangat berarti untuk saudara kita yang membutuhkan. Sangat menyentuh homili Rm. Ansel bagiku. Semoga banyak orang yang mau memulai kebiasaan baik ini. Kita diutus untuk berbagi, Tuhan telah menunjukkan cintaNya yang sangat luar biasa kepada kita, Dia selalu merangkul kita sekalipun kita sering jatuh kedalam dosa. Sekarang giliran kita menunjukkan rasa cinta kita kepadaNya melalui sesama....

Sabtu, 23 Maret 2013

"Kejahatan Luar BIasa"

"Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita dan bangsa kita." (Yoh 11 : 48)

Kaum Farisi dan imam-imam kepala adalah termasuk golongan 'elite', tokoh dan pemuka agama Yahudi yang sangat berpengaruh. Sedangkan imam kepala adalah anggota 'dewan terhormat' pada Mahkamah Agama.

Yesus pernah mengecam kelompok ini, karena mereka itu mengharuskan orang lain mentaati Taurat dan adat istiadat, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka iri hati, sakit hati, benci dan memusuhi Yesus. Puncaknya adalah mereka membuat rekayasa, dengan berdalih karena alasan politik dan agama, demi untuk menyelamatkan bangsa dan tempat suci dari penajajah Roma maka Yesus harus ditangkap dan dibunuh.

Didalam masyarakat kita saat ini agaknya ada juga kelompok umat beragama yang cenderung memahami, menghayati dan mewujudkan kehidupan agamanya tidak utuh dan seimbang. Hal ini dapat melahirkan sikap dan perilaku yang sempit, fanatik, fundamental, raikal, sektarian dan ekslusif. Berlawanan dengan penghayatan iman yang inklusif, terbuka, moderat, toleran, menerima perbedaan, menghargai dan menghormati serta mencintai orang, kelompok, golongan lain tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Sikap seperti inilah yang perlu ditumbuhkembangkan dalam masyarakat kita yang majemuk dan pluralis, terdiri dari banyak suku, agama, ras dan golongan.

Masyarakat kita sekarang sangat mendambakan dan membutuhkan adanya teladan dan panutan dari para 'elite' tokoh dan pemuka kelompok umat beragama yang dapat mengajak jemaat/penganutnya, menjalankan kehidupan agamanya sehari-hari, selalu membawa rahmat dan kasih sayang, damai sejahtera bagi semua orang.

Apakah dalam penghayatan dan perwujudan iman sehari-hari, kita kerap kali juga tergoda untuk bersikap iri hati, benci dan memusuhi orang-orang yang tidak kita sukai dan hanya berbuat sesuatu hanya karena ingin dipuji, dihormati dan dilihat orang lain?


sumber : Ret-ret Agung Umat 2013

Jumat, 22 Maret 2013

"Iman dan Pengharapan adalah Dasar Kasih yang Nyata"

"Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa didalam Aku dan Aku didalam Bapa." 
(Yoh 10 : 37 - 38)


Segala sesuatu tentunya direncanakan dengan baik dan kemudian baru dikerjakan. Itulah kunci sebuah keberhasilan. Kita semua telah tahu bahwa modal satu-satunya bukanlah uang saja, tetapi ada banyak bentuk dan wujud dari modal. Hal-hal tersebut diatas dapat membuat seseorang bisa maju dan besar dalam usaha. Kita pun sebagai warga Gereja, pengikut Krisus juga bisa menjadi maju dan besar dalam usaha kita. Dalam hal ini, usaha kita adalah memiliki dan membagikan kasih kita kepada sesama.  Kita akan bisa maju dalam kasih hanya bila kita kepada sesama. Kita akan bisa maju dalam kasih hanya bila kita mempunyai iman yang kuat dan pengharapan yang mantap.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus telah menunjukkan bahwa hartaNya adalah kasih kepada sesama. Mengapa demikian? Sebab Yesus selalu berbuat sesuatu yang mendatangkan kebaikan kepada sesama.Kita pun wajib menjaga iman kita, bahwa bila kita menolong sesama sebisa kita demi kebaikannya, kita pantas berharap bahwa sesama kita juga akan menjadi lebih baik seperti harapan kita.

Semoga kita semakin tekun dalam berbuat baik demi keselamatan dan kesejahteraan sesama. Sebab kita yakin, bahwa berkat Tuhan akan memperbesar iman dan harapan kita sehingga kita dipenuhi sukacita karena kita boleh menjadi saluran kasih Tuhan.

Apakah usahaku dalam mengasihi sesama telah aku wujudkan dalam tindakan menolong sesama??


sumber : Ret-ret Agung Umat 2013

Kamis, 21 Maret 2013

"Sukacita Diberikan Allah kepada yang Melakukan KehendakNya"

"Aku berkata kepadamu : sesungguhnya barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." 
(Yohanes 8 : 51)

Kebahagiaan merupakan suatu hal yang didambakan, dicari dan diusahakan setiap orang. Tiap-tiap orang  pasti menghendaki agar semua anggota keluarganya dalam kebahagiaan. Jalan menuju kebahagiaan telah ditunjukkan oleh Tuhan kepada kita yaitu dengan mendengarkan dan melaksanakan apa yang menjadi kehendakNya. Kita semestinya menaruh kepercayaan kepada Yesus sebab Yesus telah ada jauh sebelum Abraham ada.

Maut dan hidup sebenarnya telah bisa kita alami ketika kita masih hidup didunia kita ini. Kita akan hidup bila kita mau mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Demikian juga maut sebenernya telah kita alami semasih kita tidak mau lagi melaksanakan kehendakNya.

Keselamatan akan kita dapatkan yaitu bila kita menghargai dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Sungguh, bila kita mampu menghargai waktu maka kitapun akan sungguh menerima keselamatan. Sewaktu kita berdoa atau kita membaca dan merenungkan sabda Tuhan maka kita akan sungguh menerima keselamatan. Ketika seseorang mau menghargai waktu untuk lebih mengenal diri melalui pengalaman hidup dan mau memperbaiki sikap hidupnya maka ia akan mengalami kebahagiaan sebab ia akan lebih diterima oleh orang-orang disekitarnya. Ketika seseorang mau berbagi dan mengasihi maka ia akan mengalami sukacita dan damai sebab ia telah mampu mengasihi Tuhan melalui sesama yang membutuhkan. Demikianlah keselamatan akan kita terima ketika kita mau melakukan hal yang baik dan benar. Sebab hal yang baik dan benar berasal dari Tuhan.

Hari ini apakah aku sudah berdoa, membaca dan merenungkan sabda Tuhan? Adakah aku sudah mengasihi Tuhan dengan memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan?


sumber : Ret-ret Agung Umat 2013

Selasa, 19 Maret 2013

"Yusuf, Suami Maria yang Tulus Hati"

"..... Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang didalam kandungannya adalah dari Roh Kudus." 
(Matius 1 : 20)



Rencana Tuhan sejak semula adalah baik, mengingikan kebaikan dan keselamatan melalui orang-orang pilihanNya. Kesediaan Yusuf adalah peristiwa penting yang membuat rencana itu terlaksana bagi kita. Kadang rencana Allah menjadi cita-cita yang tidak berbuah, bukan karena Allah tidak mau membuatnya, melainkan kita tidak mau bekerja sama denganNya.

Mewujudkan kesejateraan dan kebahagiaan banyak orang adalah cita-cita Allah. Seperti Yusuf, kia perlu dengan tulus mengasihi saudara-saudari kita yang menderita. Mewujudakan kesejahteraan dimulai dari uluran tangan kita yang tulus berbelarasa adalah kebaikan yang utama, melebihi semua cita-cita dan doa-doa kita akan orang lain. Kitalah Yusuf-Yusuf baru itu. Semoga hari ini terlaksana cita-cita Allah melalui kesediaan kita menangani kesulitan orang lain dengan pengorbanan kita.

Apa yang akan secara nyata kita putuskan untuk saudara-saudari yang kita tahu sedang mengalami kesulitan dan penderitaan? Dimanakah tempat ketulusan kita dibutuhkan saat ini?


sumber : Ret-ret Agung Umat 2013

Sabtu, 16 Maret 2013

"Pengen Menang Sendiri"

"Maka timbullah pertentangan diantara orang banyak karena Dia." 
(Yohanes 7 : 43)


Jika setiap orang mengikuti kebenarannya sendiri, yang ada hanyalah pertentangan demi pertentangan. Terlebih jika mereka menganggap bahwa kebenarannya sendirilah yang paling benar dan orang lain salah. Ada saja alasan yang dicari-cari untuk mempertahankan kebenarannya.

Yang menarik pula ketika orang bertahan dalam kebenarannya tetapi ada temannya yang mulai berpihak pada lawannya, ia bisa berkata seperti orang-orang Farisi, "Adakah kamu juga disesatkan?". Ternyata sungguh amat parah orang yang hidup didalam kebenarannya sendiri seperti orang-orang Yahudi dan Farisi. Mereka tidak lagi mendengarkan perkataan-perkataan Yesus, abai akan tanda-tanda yang dilakukanNya.

Sebagai orang yang beriman kepada Kebenaran Sejati, yaitu Yesus Kristus, kita pasti tidak ingin jatuh dalam situasi seperti orang-orang Farisi. Hidup dalam pembenaran-pembenaran diri bukan saja mengingkari Kebenaran Sejati tetapi juga mudah menyulut pertentangan diantara sesama. Semoga dengan menghayati tema APP tahun ini, kita semakin dijauhkan dari sikap yang demikian.

Apakah aku memiliki kecenderungan untuk bersikap "mau menang sendiri"? Dalam situasi apa hal itu mudah terlihat? Bagaimana caraku untuk semakin rendah hati dan membiarkan "Kebenaran Sejati" yang menguasai hidupku?


sumber : Ret-ret Agung Umat 2013

Jumat, 15 Maret 2013

"Lebih Bahagia Memberi"

Pada waktu bayi lahir ke dunia, katanya jika sehat, ia pasti menangis dengan keras, makin sehat bayi, makin keraslah tangisannya. Saat bayi menangis, ada orang yang memerhatikan bahwa tangannya selalu mengepal. Sepertinys ia menggenggam sesuatu dengan keras. Bentuk tangan ini berbeda dengan tangan orang yang meninggal dunia. Saat seorang meninggal dunia, tangannya terbuka, tidak menggenggam.

Sering disebutkan bahwa hal ini merupakan pertanda keegoisan manusia. Sejak lahir, manusia sudah berusaha mengambil atau menahan sesuatu dengan kuat dalam genggamannya, sepertinya ia tidak rela berbagi.

Akan tetapi, bukankah demikian adanya? Manusia pada dasarnya adalah egois, tidak mau memberi. Sekalipun ada kebenaran yang mengatakan, "Lebih berbahagia memberi daripada menerima", banyak orang tidak melakukannya.

Rockefeller adalah seorang yang menjalani bagian pertama hidupnya sebagai laki-laki yang tidak bahagia, ia sering sulit tidur. Ia merasa tidak ada orang yang menyayanginya. Ia harus dikelilingi oleh sejumlah pengawal pribadi.

Ketika usianya menginjak 53 tahun, ia didiagnosis menderita sejenis penyakit langka. Ia kehilangan semua rambutnya dan tubuhnya mengecil. Para ahli mengatakan hidupnya tinggal setahun.

Selama itu, Rockefeller mulai berfikir melewati batas-batas yang mengungkung hidupnya dan mencoba menemukan arti hidup. Ia memberikan sebagian besar uangnya kepada gereja dan kaum miskin, serta mendirikan Yayasan Rockefeller. Luar biasa. Hidupnya justru berbalik seratus delapan puluh derajat. Kesehatannya membaik berlawanan dengan perkiraan dokter dan ia bisa hidup hingga berusia 98 tahun.

Riwayat hidup Rockefller mencontohkan transformasi yang terjadi saat seseorang menemukan rasa puas dalam memberi. Artinya, kebiasaan bersedekah telah mendatangkan kenikmatan atau kepuasan batin yang tidak dapat digantikan dengan apa pun.

Mengherankan, tetapi itulah kenyataannya, ada kuasa saat kita memberi. Jadi, jangan memberi hanya karena kita mampu. Teruslah memberi, apapun keadaan Anda dan jangan berhenti memberi. Memberilah dengan sukacita.


sumber : Andreas Nawawi. Momen Inspirasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI 2012