Selasa, 17 Juli 2012

"Tangan Kerelaan"

Bus kota melaju berteman obrolan hangat penumpang.

"Apakah bus akan melewati jalan Alcatraz?" tanya seorang perempuan lansia yang berjalan terbungkuk-bungkuk memasuki bus.

"Benar sekali," sahut seorang laki-laki mida berkacamata gelap yang duduk di kursi difabel.

Ia lalu menyebutkan jalan-jalan yang akan dilalui bus secara berurutan.

Bus berhenti tepat diantara tempat tunggu.

Laki-laki muda itu turun dari bus dengan langkah hati-hati. Saat mengeluarkan tongkat penunjuk jalan, penumpang lain baru mengetahui kebutaannya. Mata penumpang mengikuti gerak langkahnya.

Ia persis berdiri ditengah-tengah tempat tunggu bus. Ia sejenak kehilangan arah jalan karena tongkat penunjuk jalannya terhalang kaca tempat tunggu bus.

"Kamu mundur sedikit ke belakang lalu belok kiri," demikian bahasa mata penumpang bus.

Nafas lega memnuhi bus saat penumpang melihat laki-laki itu berhasil menyibak jalan keluar dari tempat tunggu bus. Tongkat penunjuk jalannya menyibak jalan untuk langkah kakinya.

"Aku sulit membayangkan diriku seandainya hidup sebagai seorang buta," ujar mahasiswi berparas elok sambil memilin-milin rambutnya.

"Kelemahan pada mata jangan sampai membutakan seluruh hidup. Seberapa rela tangan kita terulur sebagai penunjuk jalan?" ujar seorang anak muda yang timpang jalannya.

Lebih sering tangan kita menunjuk, bukan terulur untuk menunjukkan jalan.

sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009

Minggu, 15 Juli 2012

"Pernikahan (Persatuan, Niat dan Kasih dalam Tuhan)"

Pada suatu hari, seorang murid bertanya pada gurunya, "Apa pernikahan itu?" Bagaimana aku bisa menemukannya?" Guru menjawab, "Lihat, ada hutan lebat disana. Berjalanlah tanpa berbalik dan tebanglah hanya satu pohon. Bila kau menemukan pohon terpanjang, maka kau telah menemukan makna pernikahan." Murid itu melakukannya dan beberapa waktu kemudian ia kembali dengan sebuah pohon. Pohon itu tidak lebat dan juga tidak panjang, hanya pohon biasa. Gurunya bertanya, "Kenapa kau menebang pohon yang biasa-biasa saja?" Plato menjawab, "Karena pengalaman sebelumnya. Aku berjalan setengah jalan, tapi pulang dengan tangan kosong. Kali ini aku melihat pohon yang ku rasa tidaklah jelek, jadi ku tebang lalu ku bawa kesini. Soalnya aku tidak mau kehilangan peluang lagi." Gurunya menjawab, "Itulah pernikahan." Begitulah sebuah permenungan kecil dari Plato. 

Pernikahan adalah relasi antara laki-laki dan wanita dimana kebebasan adalah sama, ketergantungan adalah timbal balik dan kewajiban adalah untuk berbagi.

sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2010

Sabtu, 14 Juli 2012

"Wanita (Wajah Indah Penuh Cinta)"

Banyak wanita ingin tampil cantik, bukan? Tapi apa itu cantik? Jawabannya kerap sama : Cantik itu dari luar dan dari dalam., kita bisa menunjuk yang ini dan ini, dan ini cantik.... Seperti bintang film atau foto model untuk reklame sabun dll.Kecantikan ada dimata orang yang memandangnya. We don't love a woman because she is beautiful, she is beautiful because we love her. Kita tidak mengasihi seorang perempuan karena ia cantik, ia cantik karena kita mencintainya. Apa yang menjadikan seorang wanita cantik dari dalam?

Upik : Ma, hari ini mama cantiiiik deh!
Mama : Loh, kenapa?
Upik : Habis mama hari ini tidak marah-marah.

Ilona tinggal di Smoky Mountain, Quezon City, sebuah gunung berupa tumpukan sampah yang terus berasap karena dibakar. Didekatnya ada perkampungan pemulung, rapi dan bersih, tidak seperti di Indonesia. Ketika saya masuk kedalam rumahnya, ia sedang menyapu. Saat dia menoleh, saya terpesona oleh wajahnya yang cantik berseri, secantik namanya. Sekaligus saya terperanjat, sebab ternyata lengannya cuma sebatas siku. "Ilona is beatiful woman because she's happy," kata tuan rumah kepada saya.

Seorang pastor muda, ketika ditanya siapa wanita yang paling cantik didalam hidupnya, kontan menjawab, "Ibu saya!" Katanya, "Dulu, sebelum saya lahir, ibu saya lebih cantik. Itu yang nampak difoto. Tapi di mata saya kecantikan ibu tidak menjadi pudar, malah semakin cantik saja. Ibu tumbuh secara rohani. Ia makin sabar, makin pasrah, makin lembut, makin penuh pengertian, makin ramah. Pokoknya makin suci, makin dekat dengan Tuhan. Itu yang membuat seorang wanita makin cantik."

sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way.Yogyakarta : Kanisius 2010

Kamis, 12 Juli 2012

"Kado Natalia"

Saya duduk di kamar sibuk membuka kado ultah dari sahabat dekat.

Saya dikejutkan dengan dering telpon genggam.

"Selamat ultah. Om Patty udah buka kado saya?"

"Natalia ya?"

"Kok langsung tahu sich? Padahal Natalia baru mau minta om nebak suara saya."

"Sebentar ya."

Natalia duduk di taman kanak-kanak. Ia pakung sering pergi ke gereja dengan mamanya. Ia anak penuh bakat terutama melukis.

"Lukisan saya bagus?"

Ia pernah meminta foto bersama saya di depan gereja. Ia memeluk saya di foto.

"Bagus sekali."

"Saya sering mendapat juara melukis. Tapi saya selalu kesulitan melukis laki-laki. Saya bisa melukis bagus sekali kalau Natalia dekat dengan pribadi itu."

"Natalia suka melukis apa saja?"

"Natalia paling suka melukis mama. Ia sayang sekali dengan Natalia."

"Pernah melukis papa?"

Percakapan terselingi keheningan.

"Belum pernah."

Terdengar isak kecil dari seberang telepon.

"Papa tinggal bersama mama dan Natalia. Tapi papa jauh dari mama. Papa juga jauh dari Natalia."

Percakapan terselingi isak tangis. Kali ini Natalia mendengar isakan saya.

Memang kadang sulit menyapa pribadi tertentu. Kedekatan fisik belum menjamin kedekatan hati. Berbahagialah seseorang yang dapat diterima banyak orang.

sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009

Sabtu, 07 Juli 2012

"Takaran Kebahagiaan"

Tommy membuka seminar perkawinan dengan mengajukan pertanyaan kepada hadirin.

"Apa saja yang menghalangi kebahagiaan kalian dalam perkawinan?"

"Uang," sergap peserta di kursi paling belakang.

Tanpa komando peserta lain bertepuk tangan.

"Berapa banyak uang yang kalian perlukan agar bahagia?" tanya pembicara.

"Sebanyak mungkin," timpal peserta di kursi belakang tadi.

Sebagian besar peserta mengangkat dua ibu jari tangannya ke atas menyatakan setuju.

"Siapa yang bahagia dengan uang yang dimiliki dalam rekening sekarang?"

Tanpa sadar sebagian besar peserta menggelengkan kepala. Beberapa berhitung dengan jari-jari tangannya.

"Kami ingin penghasilan lebih besar daripada sekarang," kaita seorang suami sambil memeluk bahu istrinya.

"Kami ingin lebih," ujar seorang ibu yang langsung mendapat kecupan persetujuan dari suaminya.

"Kita harus hidup di planet lain jika menolak uang sebagai penakar kebahagiaan," kata seorang laki-laki sambil membetulkan dasinya yang agak melorot.

"Kebahagiaan bukan berasal dari besarnya uang yang saudara-saudari berhasil kumpulkan, tetapi dari seberapa besar engkau menghargai uang yang terkumpul pada kalian sekarang," demikian tanggapan Tommy di ujung seminar.

Jangan sampai orang tua menghilangkan kehangatan dan kebersamaan keluarga dan menjadikan jalanan sebagai rumah karena sibuk memenuhi tuntutan hidup.

sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009

Jumat, 06 Juli 2012

"Kekasih Hati (Kenakan Kasih Sepenuh Hati)"

Alkisah Kapak, Gergaji, Palu dan Nyala Api sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Disuatu tempat, perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalanan. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan yang mereka miliki masing-masing.

"Itu bisa aku singkirkan," kata Kapak. Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam baja yang kuat dan keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat Kapak itu lebih tumpul sendiri samapi ia berhenti.

"Sini, biar aku yang urus," kata Gergaji. Dengan gigi-gigi yang tajam tanpa perasaan, ia pun mulai menggergaji. Tapi kaget dan kecewa ia, semua giginya menjadi tumpul dan rontok.

"Apa ku bilang," kata Palu, "Kan aku sudah omong, kalian tak bisa. Sini, sini aku tunjukkan caranya." Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah.

"Boleh aku coba?" tanya Nyala Api. Dan ia pun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekapnya erat-erat tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itu pun perlahan meleleh cair. Indah, ya indah ketika kita mengenakan kasih dengan lembut dan tanpa henti bukan?

sumber : Jost Kokor, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2010

Selasa, 03 Juli 2012

"Solider"

Pada zaman dahulu kala, Sang Unta bisa berbicara dengan manusia, suatu hari Sang Unta diajak majikannya pergi mengmbara, melintasi gurun gersang yang sangat panas pada siang hari dan dingin menusuk pada malam hari. Malam itu, Sang Unta tidur di luar tenda, sedangkan majikannya tidur nyenyak di dalam. Tengah malam, Sang Unta membangunkan majikannya, dia bilang,

"Tuan, saya kedinginan, izinkanlah saya menitipkan UJUNG KAKI saya masuk ke dalam tenda."

Sang majikan tidak keberatan, ujung kaki tidak akan mengganggu dia sama sekali. Satu jam kemudian, Sang Unta kembali berkata,

"Tuan, saya sangat kedinginan, izinkanlah KAKI DEPAN saya berada dalam tenda agar besok kuat berjalan membawa tuan diatas punggung saya."

"Benar juga," pikir si majikan, maka ia kembali memberikan izinnya. Satu jam kemudian Sang Unta berkata,

"Hidung saya mulai berair, besok saya akan sakit dan tidak bisa membawa tuan diatas punggung saya, izinkanlah KEPALA saya berada dalam tenda, saya rasa besok saya akan kuat kembali."

Begitulah jam demi jam, hingga akhirnya pada pagi harinya Sang Unta sedang tidur nyenyak didalam tenda, sedangkan tuannya menggigil kedinginan diluar tenda. He... he... he...

Nah, dari pelbagai gado-gado kutipan yang beraneka sumber diatas, sekarang sudah siapkah kita juga belajar tegar-kekar dan segar-mekar menjadi sobat terbaik bagi orang lain, yang solider dan penuh berkat?

sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2010