Pada abad ke XIX dimana belum ada pesawat terbang. Perjalanan melintasi lautan Atlantik dari Amerika Serikat ke Inggris merupakan pelayaran yang cukup berbahaya. Sudah banyak kapal yang karam oleh karena keganasan badai yang melintasi samudera yang besar itu.
Suatu hari berangkatlah sebuah kapal dari pelabuhan New York menuju London, Inggris. Didalam kapal itu ada seorang janda yang sangat saleh. Ia hendak ke London untuk menemui anaknya yang sudah lebiha dari 10 tahun tinggal disana dan tidak pernah bertemu kembali. Pada mulanya pelayaran berjalan dengan baik, tapi setelah beberapa waktu lamanya, kapal itu mulai diombang-ambing badai dan topan yang menderu-deru dengan dahsyatnya. Semua orang yang di kapal itu menjadi panik, ada yang menangis, ada yang berteriak ketakutan, tapi janda yang saleh itu tenang-tenang saja. Dalam keadaan serba kalui itu, ia justru menyaringkan suaranya untuk memuji Tuhan.
Para penumpang lainnya merasa heran sekali, mereka bertanya mengapa si ibu ini justru dapat menyanyi ditengah-tengah keadaan yang sangat gawat dimana nyawa mereka seperti diujung tanduk. Janda ini menjawab,
"Bagi saya, seorang beriman memang tidak ada yang perlu ditakutkan. Apabila kapal ini tenggelam dan aku harus mati, maka aku juga akan bertemu dengan suamiku tercinta yang telah lebih dahulu pulang ke surga 5 tahun yang lalu. Jadi selamat atau tidak, ya sama saja, aku akan bertemu dengan orang yang aku cintai. Itulah sebabnya aku senantiasa menuji Tuhan."
Alangkah indahnya orang yang mempunyai harapan yang mulia seperti ibu janda ini! Kematian sekali-kali bukanlah hal yang menakutkan tapi justru suatu hal yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar