Sepuluh tahun yg lalu saya mengunjungi nenek yg terbaring sakit dan mendapat perawatan jalan. Dokter memberitahukan rentang kehidupan nenek, " Waktu hidupnya pendek ".
Dua minggu lalu ibu membelikan alat sulam baru.
" Nenek ingin mengisi waktunya dengan sulam ".
Ibu belajar menyulam dari nenek. Usia lanjut nenek menghalanginya untuk menyulan seperti saat sehat. Jarinya mulai gemetaran saat menisikkan jarum sulam ke kain.
Saat nenek tidur, ibu membetulkan beberapa kesalahan sulaman. Paginya nenek meneruskan sulamannya tanpa mengetahui tangan lain ikut menyulam di kain yg sama.
" Nenek menyulam apa? " tanya saya
" Hadiah kejutan untuk ibumu. Nenek mengenang saat mengasuh ibumu saat ia kecil "
Setiap malam selama selama sebulan ibu merapikan sulaman nenek kecuali malam terakhir. Nenek menyulam hingga larut malam. Ibu dan saya tertidur disisi nenek.
Paginya saya terbangun oleh rengkuhan ibu.
" Nenek tutup usia beberapa saat setelah menyerahkan sulamannya pada ibu ".
Ibu memperlihatkan sulaman kepada saya.
" Nenek menyulam dirinya yg berjaga disisi tempat tidur ibu yg sakit waktu seusiamu ".
Di sudut kanan bawah kain tertera kalimat dengan beragam warna.
" Terima kasih engkau telah menjagaiku ".
Nenek menyelesaikan tisikan dengan sempurna.
Bukan hanya kertas dan pena yg dapat bercerita, tetapi kain dan benang sulam pun dapat mengukir cerita abadi.
sumber : buku just for you karangan Mutiara Andalas, S.J penerbit kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar