Kamis, 31 Mei 2012

"SOBAT" (SOlider dan penuh BerkAT)

Sebuah penggalan cerita pendek :

"Ibu, sobatku yang terbaik telah berpesan,

"Kecantikan fisik bukanlah sesuatu yang utama, kelembutan jiwa dan kehalusan budilah yang utama. Bunga-bunga boleh saja punya mahkota warna-warni yang membuatnya cantik bak peri dari negeri mimpi, tetapi hakekat sebuah bunga terletak pada bijinya. Pun wanita. Boleh saja ia berwajah cantik, berkaki panjang, berdada besar dsb-dst, dsl. Tetapi hakekat wanita ada di rahimnya karena disanalah ia mengandung dan merawat kehidupan, karena dari sanalah terpancara aura keibuan."

Begitulah suatu hari ibu pernah berpesan. Sejenak aku teringat nasehat bijak-bestari yang telah ku lupakan bahkan mungkin kuanggap tak pernah ada dalam kehidupan. Bagiku, Ibu adalah perempuan terkasih sekaligus sobat yang terbaik yang pernah ku kenal.

sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2010

Selasa, 29 Mei 2012

"PAPA" (Perencanaan Anggaran, Pembangunan Akhlak)

Suatu hari, seorang kaya mengajak anaknya mengunjungi suatu keluarga miskin di desa dengan maksud agar anaknya paham betapa miskin orang itu. Mereka menginap semalam. Waktu perjalanan pulang si ayah bertanya,

 "Gimana kesannya, nak?" 

"Oh, mengesankan", sahut si anak.

 "Kau lihat betapa miskinnya mereka?" tanya si ayah. 

"Yeah", sahut si anak. 

"Dan apa yang kau pelajari, nak?" kejar si ayah.

Si anak setelah hening beberapa saat berkata,

"Kita di rumah punya seekor anjing, mereka punya empat. Kita punya kolam kecil dan sempit, mereka punya kolam panjang sekali sampai kaki bukit.  Kita punya lampu-lampu import di taman, mereka punya bintang-bintang. Teras kita sebatas pagar depan, mereka sebatas langit."

Dan setelah beberapa saat, karena ayahnya membisu saja, si anak berkata,

"Terima kasih ya, ayah telah menunjukkan pada ku betapa miskin kita."

Tampaklah bahwa kekayaan itu amat relatif dan lebih terkait dengan sikap daripada keadaan. Dengan sikap yang tepat semua orang bisa kaya raya selamanya. Orang miskin kekurangan banyak tetapi orang tamak kekurangan segala-galanya.

sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2010

Minggu, 27 Mei 2012

"Yang Tak Bisa Dilakukan Kanker"

Salah satu kalimat dari kalimat-kalimat yang paling menakutkan bagi seorang pasien adalah : "Anda menderita kanker." Kata-kata itu biasanya membuat hati menjadi cemas. Meski kemajuan pesat telah dicapai untuk mengobati penyakit kanker, proses pemulihannya tetap membutuhkan waktu yang lama dan menyakitkan serta banyak penderita tidak dapat bertahan.

Seorang yang percaya dan beriman teguh kepada Kristus, Dan Richardson telah kalah dalam berjuang melawan kanker. Namun melalui hidupnya ia menunjukkan bahwa walaupun tubuh jasmaninya dihancurkan oleh penyakit, jiwanya tetap menang. Puisi dibawah ini dibagikan pada saat upacara pemakamannya :

Kanker sangatlah terbatas....
Tak bisa melumpuhkan kasih,
Tak bisa menghancurkan harapan,
Tak bisa merusak iman,
Tak bisa menggerogoti kedamaian,
Tak bisa meruntuhkan keyakinan,
Tak bisa menghapus persahabatan,
Tak bisa memadamkan kenangan,
Tak bisa membungkam keberanian,
Tak bisa menyerang jiwa,
Tak bisa mempersingkat hidup kekal,
Tak bisa memadamkan Roh,
Tak bisa melemahkan kuasa kebangkitan.

Jika suatu penyakit yang tak ada obatnya menyerang hidup Anda jangan biarkan penyakit itu menyerang jiwa Anda. Tubuh Anda dapat diserang dengan hebat dan Anda mungkin mengalami pergumulan berat. Namun jika Anda senantiasa mempercayai kasih Allah, Roh Anda akan tetap kuat.

Musuh terbesar kita bukanlah penyakit melainkan keputusaasaan.


sumber : Santapan Rohani Edisi  Tahunan VIII

Kamis, 24 Mei 2012

Anak (ANugerah terenAK)

Sebuah kisah tentang kasih :

Adalah seorang ayah yang mendadak berubah menjadi pemabuk dan menjadi kasar sejak istrinya tercinta meninggal. Putri satu-satunya yang baru berusia 7 tahun juga menjadi pemurung karena kerap diperlakukan ayahnya dengan kasar. Suatu hari si putri membungkus suatu kado istimewa bagi ayahnya yang sedang berulang tahun. Ayahnya terhenyak dan terharu menerima bungkusan kado itu. Tetapi waktu ia membukanya, amarahnya meledak. Bungkusan itu ternyata kosong. "Tapi, yah", sedu si putri, "Kado itu tidak kosong, aku telah meniupinya hingga penuh dengan ciuman kasih sayang."

Beberapa saat kemudian si putri meninggal. Si ayah bertambah terpukul. Ia menyesal setengah mati telah memperlakukan putrinya dengan kasar. Ia teringat akan kado anaknya yang masih disimpannya. Ia meletakkannya di samping tempat tidur dan setiap hari ia membukanya dan menghirup ciuman kasih sayang dari putri tercinta.

Philippe Aries dalam Centauries of Childood mengajak kita meyakini bahwa wajah dan hati anak seperti dalam kisah memilukan diatas adalah wajah dan hati tanpa dosa. Bahkan Yesus dari Nazaret pernah berujar : "Biarlah anak-anak datang padaKu. Barangsiapa tidak bisa seperti anak-anak, tidak bisa masuk kedalam Kerajaan Surga".

sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kasinisus 2010

Sabtu, 19 Mei 2012

"Cermin Kasih"

Anne dan Robert saling menghindari perjumpaan mata. Lebih dari satu  jam keduanya menahan gemuruh perasaan.

"Tempat ini seperti neraka," ujar Anne dengan gigi bergemeretak.

"Aku mestinya berada di meja resepsi lain," kata Robert sambil mengipasi wajahnya yang bermandi keringat.

Robert mengangkat kaki sebelum resepsi usai.

"Pencari muka akhirnya pergi juga," ujar Anne sambil menarik nafas lega.

"Papa lihat sendiri kan? Saya sudah mencoba segala cara. Kesabaran mama sudah melampaui batas normal," kata Anne sesampainya di rumah.

"Masak kita yang benar harus mengiba kepada pembuat kesalahan? Yang benar saja," ujar Anne dengan nada tinggi sambil membersihkan kosmetik wajah didepan cermin.

Seto memberi tanda kepada istrinya untuk menurunkan nada tinggi suaranya. Hari telah melewati tengah malam.

"Wajah mama capai sekali belakangan ini," ujar Seto sambil duduk disisi istrinya.

"Begitu?" tanya Anne sambil mendekatkan wajahnya ke cermin besar.

"Kemarahan terpendam menempel pada wajah mama. Pengampunan itu seperti cermin. Tanpa pengampunan mama sulit melihat kasih."

Berbuat kesalahan ibarat memaku di dinding yang tetap membekas walau paku telah tercabut. Kesulitan mengampuni ibarat kesulitan mengembalikan keutuhan dinding yang pernah dirobek tajamnya paku.

sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009

Jumat, 18 Mei 2012

"Sugeng (SUkacitanya langGENG)"

"Sugeng" adalah nama ketua lingkungan ketika saya masih kecil, yang cukup akrab dengan keluarga kami. Ketika saya bertugas di Gereja St. Maria Tangerang, salah satu karyawannya juga bernama Sugeng. Bagi saya, Sugeng bisa mempunyai arti sederhana, "Sukacitanya Langgeng." Ada sebuah cerita yang bisa mengajari kita untuk memiliki sukacita yang langgeng. Begini kisah pendeknya :

Adalah seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap  bersukacita. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."

Kita diajak belajar memafhumi kebijakan ibu itu : "Aku tak selalu mendapatkan apa yang aku sukai, oleh karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan."


sumber : Jost Kokoh Prihatanto, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2010

Selasa, 15 Mei 2012

"Waktu Persahabatan"

Mario menengok ke jalanan dari kaca restoran. Kendaraan merangkak seperti siput karena terhalang kemacetan. Di ruang lift seorang perempuan muda berparas elok tanpa sadar mengetuk - ketukkan sepatunya ke lantai. Ia nampak kehilangan kesabaran memandangi perubahan angka yang nampak malas bergerak dari satu lantai ke lantai lain.

Satu pintu terbuka ia berjalan setengah berlari menuju sebuah restoran.

Langkah buru - burunya berubah menjadi senyum saat sebuah tangan melambai padanya.

"Maaf, aku terlambat keluar kantor. Engkau sudah lama menungguku?"

"Tak ada kata terlambat saat menunggu seorang sahabat."

Persahabatan Mario dan Levi mulai dengan pertanyaan Levi kepadanya dari telepon genggam sesudah jam tidur malam.

"Apakah engkau memiliki waktu luang untukku?"

Lampu restoran meredup. Terdengar kicauan burung saat jarum jam menunjuk angka tujuh. Sebuah nama disebut. Sekelompok anak muda mendekati meja mereka sambil melantunkan acapela.

"Happy Birthday To You!"

Levi mengenakan jam tangan kepada Mario sebagai kado.

""Persahabatan kita mulai ketika engkau meluangkan waktu berharga kehidupanmu untuk mendengarkan kisahku."

Waktu adalah pemberian paling berharga dalam persahabatan. Kita butuh banyak pengorbanan untuk memberikannya, namun orang lain sering mengandaikannya begitu saja.

sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009