Sabtu, 09 Februari 2013

"Hanya Sebatas Mimpi"

Seorang anak muda desa berangkat menuju kota dengan membawa impian menjadi pegawai pemerintah dengan kedudukan dan jabatan terhormat. Ia mempersiapkan segala sesuatu menuju kota dengan sebuah keyakinan akan keberhasilan. Jauhnya perjalanan membuat ia lelah sehingga ia beristirahat di sebuah kedai kecil dibawah pohon rindang di tepi jalan. Ia memesan semangkuk bubur. Sementara menunggu, tanpa terasa ia tertidur dengan kepala tertelungkup di meja.

Saat itulah ia bermimpi duduk disebuah kursi, dalam sebuah ruang kerja yang sejuk karena pendingin udara. Saat itu pintu ruangannya diketuk seseorang dan ia mempersilahkan seorang tersebut masuk. Ternyata yang masuk adalah seorang karyawan kantor. Dengan rasa hormat, karyawan tersebut membungkuk dan menyodorkan sebuah map berisi dokumen dan surat-surat penting yang harus ia tandatangani.

Anak muda tersebut memeriksa lembar demi lembar dokumen itu kemudian memberikan otorisasinya. Setelah semuanya selesai, sang pegawai kembali membungkuk dan memberi hormat. Tidak lama kemudian seorang wanita muda nasuk keruangannya mengingatkan akan beberapa jadwal yang harus ia lakukan sepanjang hari ini.

Belum sempat memberikan komentar, ia merasa seseorang menegur, menepuk dan mengguncang pundaknya dengan cukup keras sambil berkata, 

"Bangun Mas, buburnya dimakan sebelum dingin".

Ia pun terbangun dengan kesal karena sedang menikmati mimpi indahnya.

Banyak orang merasa cukup jika dapat menikmati mimpinya, sekalipun apa yang ia harapkan belum dapat diraih. Menikmati mimpi memang menyenangkan, tetapi tenggelam dalam mimpi adalah sebuah kesalahan serta mengabaikan realita adalah pengulangan kesalahan. Bangunlah dan terjagalah. Melakukan kesalahan saat terjaga lebih bermakna daripada merasa benar dalam sebuah mimpi.


sumber : Imanuel Kristo. Momen Inspirasi 3. Yogyakarta : Penerbit ANDI 2012

Rabu, 06 Februari 2013

"Usia Harapan"

Andika mengayuh sepedanya pelan. Hatinya masygul. Andrea duduk di belakang sadel sepedanya.

Paras jelita Andrea juga tertutup awan kesedihan. Sesekali kaki Andrea ikut mengayuh pedal sepeda saat jalanan naik.

"Apakah Andrea boleh pergi ke sekolah bersama Andika?" pinta ibunya kepada mama.

Dari mamanya Andika terdengar kisah sahabar barunya.

"Kaki Andrea terjangkit kanker tulang ganas."

Seminggu lalu Andrea tanpa sengaja mendengar pembicaraan ibunya Andrea dengan mama.

"Dokter mendeteksi kanker ganas lain pada tubuh Andrea."

Saat jalanan menanjak, Andrea bertanya,

"Berapakah usia sebuah harapan?"

Andika turun dari sepedanya dan menuntunnya. Ia meminta Andrea tetap duduk di boncengan belakang.

"Lilin hidupku tinggal menyisakan nyala penghabisan," sambung Andrea.

Andika mengingat saat pertama ia memboncengkan Andrea. Mereka mengenakan seragam putih-merah. Sekarang mereka berpakaian putih dan abu-abu.

Rambut panjang Andrea menutupi wajahnya yang tertunduk. Terdengar isakan panjang. Sepeda berjalan makin pelan.

Andika menyeka air mata Andrea dengan sapu tangan.

"Dimana ada harapan, disitu ada kehidupan."

Ketika lilin pengharapan masih ada, lilin yang lain pun bisa dihidupkan.


sumber : Mutiara Andalas, SJ. Just For You. Yogyakarta : Kanisius 2009

Selasa, 05 Februari 2013

"Mencari Pasangan yang Sempurna"

Ketika menyampaikan salah satu materi pada kursus persiapan perkawinan, seorang katekis memberikan cerita selingan berikut ini:

"Suatu ketika ada seorang gadis cantik yang bertekad hanya akan menikah jika ia menemukan seorang lelaki yang sempurna hidupnya, tampan, kaya, berpendidikan dan baik hati. Ia mencari dambaan hatinya itu kesana kemari selama beberapa tahun. Satu ketika, ia bertemu dengan seorang lelaki sempurna dambaannya."

"Akan tetapi, lelaki itu pun memiliki pikiran yang serupa dengan si gadis, ia hanya akan menikahi seorang gadis yang sempurna. Sayang sekali, gadis yang ditemuinya itu tidak masuk dalam perhitungannya. Akhirnya, kedua orang itu tetap hidup seorang diri sepanjang hidupnya."

Salah seorang peserta menanggapi cerita itu :

"Saya rasa, hanya orang yang tidak sempurnalah yang bisa melengkapi segala kekurangan yang ada pada kita."


sumber : Ign. Elis Handoko, SCJ. Sentilan Rohani. Yogyakarta : Teranova Books. 2012

Senin, 04 Februari 2013

"Mengendalikan Amarah"

Saya tidak tahu sejauh mana Anda dapat mengendalikan amarah dan rela mengalah dalam sutau perdebatan atau perselisihan.Jika ada password dalam kehidupan manusia saat ini, passwordnya adalah "mengotot". Rasanya makin hari makin banyak orang yang mengotot walaupun ia jelas salah.

Ketika sebagian besar masyarakat Indonesia marah atas ketidakbecusan salah satu pemimpin di negeri kita Indonesia, banyak orang marah dan memaksanya turun. Namun, banyak orang menghadapi orang yang mengotot dengan ikut-ikutan mengotot, marah, menghardik atau memaki dengan kasar. Saya rasa sudah waktunya kita mengubah passwaord kita, dari "mengotot" menjadi "mengalah". Untuk apa kita ikut mengotot? Kita boleh tidak setuju dengan sesuatu, tetapi tidak perlu mengotot.

Saat mengotot, akal sehat kita tidak berjalan dengan semestinya dan kebodohan kita akan terlihat. Tetap tenang dan hadapilah semua permasalahan dengan dewasa.

Ada nasihat cerdas dari salah seorang Presiden Amerika, Thomas Jefferson, "When angry, count ten before you speak, if very angry, one hundred, if very very angry, one thounsand." (Ketika Anda marah, hitunglah sampai sepuluh, sebelum Anda berbicara. Jika Anda sangat marah, hitunglah sampai seratus dan jika Anda sangat marah sekali, hitunglah sampai seribu). Tanda kedewasaan adalah kesabaran dan penguasaan diri alam segala hal. Marilah kita berlatih menghitung saat kita mulai marah. Kita boleh tidak setuju, tetapi jangan mengotot, apalagi marah.


sumber : Andreas Nawawi. Momen Inspirasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI. 2012

Minggu, 03 Februari 2013

"Doa yang Meleset, Tapi..."

Aku meminta diberi kekuatan agar bisa meraih mimpi-mimpiku. Tapi, kenyataannya aku masih merasa lemah, dengan begitu aku bisa belajar taat dengan rendah hati.

Aku meminta kesehatan agar bisa melakukan hal-hal besar. Tapi, kenyataannya aku menyadari bahwa tubuhku ringkih, dengannyalah aku terdorong untuk menjadikan sesuatu semakin lebih baik.

Aku meminta kekayaan agar bisa hidup bahagia. Tapi, aku dibuatNya tetap miskin, supaya aku lebih berkembang dalam kebijaksaan.

Aku meminta kekuasaan agar memiliki kuasa atas orang-orang. Tapi, Dia memberiku kelemahan, dengan begitu aku merasa masih membutuhkan Allahku.

Aku meminta sesuatu yang bisa membuatku mampu menikmati hidup. Tapi, Dia memberiku hidup agar aku bisa menikmati sesuatu.

Aku tak memiliki sesuatu pun dari apa yang pernah aku minta, tapi aku mempunyai sesuatu yang aku harapkan dari semula.Walaupun hanya diriku sendiri, doaku tetaplah hening dan melegakan batin.

Dalam semua hal itu, aku merasakan bahwa diriku masihlah selalu Dia berkati.


sumber : Ign. Elis Handoko, SCJ. Sentilan Rohani. Yogyakarta : Teranova Books. 2012

Sabtu, 02 Februari 2013

"Iri Hati"

Tidak ada satu alasan pun yang mengizinkan kita iri hari kepada orang lain karena hasilnya hanyalah kekacauan dan segala macam perbuatan jahat yang akan kita dapatkan. Ada sebuah kisah menarik mengenai iri hari. Kisah ini berasal dari legenda rakyat Yunani.

Satu kali ada seorang pria yang tanpa alasan jelas menyimpan iri hati kepada sebuah patung. Patung yang diletakkan di pusat kota itu adalah patung seorang pahlawan olahraga, bertubuh atletis, tinggi, tampan dan berwibawa. (Mungkin hal-hal inilah yang menimbulkan kebencian dan iri hati pria tersebut).

Setiap saat, ia berusaha menghancurkan patung itu. Namun karena patung itu terbuat dari logam yang kuat dan kukuh, tentu pria tersebut tidak dapat menghancurkannya dengan mudah. Bagi kita, mungkin cerita ini terdengar sangat konyol, tetapi nyatanya memang demikian! Pria tersebut berulang kali berusaha menghancurkan patung itu. Ia telah melakukan dengan berbagai cara, bahkan membongkar fondasi patung. Sampai suatu waktu, usahanya berhasil. Patung itu pun akhirnya roboh. Namun sayang, ketika roboh, patung itu menimpanya dan akhirnya pria tersebut pun mati.

Apakah anda masih mengingat peribahasa yang mengatakan, "Barangsiapa menggali lubang, ia sendiri akan terperosok kedalamnya?"

Hari-hari ini banyak orang cenderung melakukan persaingan yang tidak sehat, saling menjatuhkan dan mengkhianati untuk mencapai keberhasilan. Namun, tidak seharusnya kita melakukan hal-hal tersebut. Buanglah sifat mementingkan diri sendiri, belajarlah hidup bersama dan bangunlah hubungan baik dengan orang lain. Tertawalah bersama mereka yang tertawa dan menangislah bersama mereka yang menangis.


sumber : Andreas Nawawi. Momen Inspirasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI 2012

Jumat, 01 Februari 2013

"Dusta"

Kita terbiasa mendengar dusta. Bahkan sebuah kelompok masyarakat menganggap dusta sebagai bagian kehidupan. Sepertinya hidup tidak menarik lagi tanpa dibumbui dusta.

Padahal dusta tetap dusta, bohong tetap bohong. Dosa "hitam" atau "putih" tetap saja dusta. Dusta adalah dosa. tuhan membenci orang yang berdusta. Menurut "Psychology Today", dari 2.153  mahasiswa dan mahasiswi yang dimintai pendapat mengenai dusta, ditemukan bahwa 70% dari mereka mengaku sering berbohong pada waktu SMU.

Dari penelitan yang dilakukan oleh Harian USA Today ditemukan bahwa 91% orang Amerika berbohong kepada orangtua mereka, 75% selalu berbohong kepada teman mereka, 69% selalu berbohong kepada pasangan hidup mereka, 43% berbohong mengenai pendapatannya. Bagaimana dengan Anda?

Tidak menghenrakna napabila banyak diantara kita terjangkit "krisis kepercayaan" hingga sangat sulit memercayai seseorang. Hal inilah yang membuat "pertahanan diri" banyak orang menjadi lemah dan rapuh, mereka mudah putus asa atau kehilangan harapan  karena selalu merasa "sendirian" dalam menghadapi masalah.

Ironisnya, tidak sedikit orang yang mendustai diri sendiri. Mereka selalu berkata baik tentang diri sendiri sekalipun mereka tahu hal itu tidak benar, mereka tahu diri mereka bermasalah, tetapi mereka mengabaikan untuk berubah.

Berhentilah berdusta dan mulailah berkata benar. Dengan demikian, hidup Anda akan menjadi lebih baik.

sumber : Andreas Nawawi. Momen Inspirasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI 2012