Aku mengalami banyak kesulitan keuangan. Orang tuaku tak mampu lagi membiayai penyelesaian kuliahku. Aku menjadi pemurung dan menganggap nasibku paling sial di dunia ini. Aku terpaksa mengambil kuliah sambil bekerja susah payah sebagai kasir di suatu toko. Suatu hari datanglah pasangan setengah baya masuk bersama seorang gadis kecil di kursi roda. Waktu aku amati lebih dekat, gadis itu ternyata tak punya tangan dan kaki. Waktu pasangan itu selesai belanja dan datang padaku membayar, aku menatap gadis di kursi roda dan ia memberikan senyuman paling manis dan mempesona yang pernah kualami. Senyuman manis dan hangat itu meluluhkan semua bebanku.
Prof. James V. McConnell seorang psikolog di Universitas Michidan mengatakan,
"Orang yang tersenyum cenderung mampu mengatasi, mengajar dan menjual dengan lebih efektif serta mampu membesarkan anak-anak yang lebih bahagia. Ada lebih banyak informasi tentang senyuman daripada sebuah kerut dikening. Karena senyum itulah yang mendorong semangat, alat pengajar yang efektif daripada hukuman."
Jelasnya, ketika kita tersenyum, kita sangat bisa menjadi berkat dan membuka persahabatan sejati dengan semakin banyak orang.
Teman baik harus bergandengan tangan, tapi teman sejati tak perlu berpegangan tangan karena mereka tahu bahwa tangan yang lain selalu ada disana. Sssstttt, sudah tersenyum belum hari ini? Mulai hari ini, mari kita belajar berbagi "PAMAN dan TEMAN" (PAkailah senyuMAN dan TEbarkanlah iMAN)
sumber : Jost Kokoh, Pr. XXX Family Way. Yogyakarta : Kanisius 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar